Haruskah secepat ini?

0komentar
Dan malampun mulai mendesah.
Sisakan berjuta misteri dibalik gelapnya.
Terlihat samar samar seseorang di balik kabut yang mulai ikut slimuti diri.

Siapa dia gerangan?
Dengan tegap berjalan.
Berniat hampiri diriku.
Yang terpaku diatas batu.

Kabut itu tak jua hilang.
Ia selipkan ketakutan pada malam yang penuh misteri.

Ku rasakan deru langkahnya.
Hentakkan kaki bak kaki kuda dengan sepatu barunya.

Dan.
Kabut malam belum tersingkap.
Seakan enggan tuk membuka kedoknya.

Siapa dia?

Aku ketakutan tapi penasaran.
Ku ingin beranjak tapi kakiku tibatiba lumpuh.
Hanya bisa menunggu waktu yang bergerak begitu lama.

Apa ia akan membunuhku?
Atau akan menodaiku?
Atau ia pangeran yang akan membawaku ke negeri impian.
Negeri para dewata.
Negeri yang konon lebih indah dari surga.

Nafasku memburu.
Tak berkedip mataku hanya pandangi kabut yang terlihat samar tubuh sesorang yang berjalan hampiriku.

Ingin ku berteriak agar ia berjalan cepat.
Hey, aku tak sabar! Aku ingin tahu siapa kau!
Aku berteriak,tapi dalam hati.
Lidahku kaku membeku.

Aku bisa rasakan nafasnya.
Hembusannya hangat.
Memecah hening malam berselimut kabut.
Tapi kabut tak mau pergi.
Ia masih saja membatasi aku dan dia.
Menjadi tembok penghalangku dengan dia.

Tangannya menyentuh pipiku.
Kurasakan belaiannya.
Lembut nan mesra.

Aku kenal sentuhan ini.
Apa benar sosok ini seperti yang ku pikirkan sekarang?
Hembusan angin tak bisa meniup kabut yang menutupi wajah dan sekujur tubuhnya.

Ini tangan Andi,racauku dalam hati.
Andi yang dulu pernah menjadi kekasihku.
Si bongsor yang dulu menjagaku slalu.

Tapi dia sudah mati.
Tak mungkin ini dia.
Dengan tenang dia meninggalkanku.
Meski rasa perih ketika dia pergi masih terasa.
Dia pergi tanpa permisi.
Tinggalkan angan yang hanya menjadi abu kemudian diterpa angin menghilang.

Aku raih tangan yang dislimuti kabut.
Hangat.
Tapi kenapa ia menjauh?
Mencoba tuk lepaskan genggamanku.

Perlahan ia berlalu.
Dan kabut mulai tersingkap.
Mempertontonkan wajah menawan yang sedari tadi bersembunyi.
Entah malu aku tak tau.
Tetesan air mata hantarkan ia berlalu.

Aku tak mampu berkata kata.
Dia datang ketika ku dimalam yang sama.
Ketika ku menunggunya di pinggiran kolam.
Tempat biasa kita bercumbu.
Namun, kabar kematiannya yang datang pada malam itu.
Yang buatku terisak menahan sesak di dada.

Kenapa kau pergi begitu cepat?
Aku ingin memelukmu untuk terakhir kali.
Apa kesempatan itu masih ada?
Aku ingin kecup bibirmu.
Tapi dimana ku bisa temukan tubuhmu?
Haruskah ku gali makammu?

Kau relakan aku disini sendiri.
Dengan berjuta kenangan kita bersama.
Meski sakit dan perih.
Aku bahagia pernah bersamamu.
Dan aku takkan mencari penggantimu.
Karena kau cintaku yang akan ku bawa sampai mati.
Hingga nanti kita bersanding berdua di hadapanNya.


Ketika otak memikirkan cinta mati.
09.05.2010.

Aku rela mati hanya untuk temanimu disana.
Memecah kesepianmu.
Berbagi kehangatan di malam berkabut yang dingin.

Entah kapan.

0komentar
Mungkin mentari kan tertawa.
Langit kan mencela jua.
Ketika mereka menjadi saksi.
Memata mataiku.
Melihatku gundah, memikirkan semua.
:
kelahiran.
Tumbuh.
Mati.
Bahkan cinta.

Mereka kan terbahak bahak.
Terkencing kencing bahkan terguling guling.
Menatap raut wajahku yang sembrawutan berpikir.

Tak ada guna.
Relakan saja.
Kehidupan.
Kematian.
Dan Cinta.
Hanya satu dari karya megah pencipta.
Tak perlu risau.
Kita pasti mati.
Entah kapanpun.
Kematian menganga di depan kita.

Tak perlu takut.
Keabadian yang sesungguhnya adalah kematian...

Entah kapan dan dimana.
07.05.10

Aku sangat rindu.

0komentar
Itu kamboja indah.
Ku ingin sematkan di kupingmu.
Lagi.

Inginku kembali ketika itu.
Bersamamu dalam dekapan senja nan menawan.
Senja terindah dalam hidupku.

Hey...
Ini bukan musim gugur!
Bebunga berguguran.
Jatuh disekeliling kita.
Menambah semarak percintaan kita.

Aku ingin kembali ke waktu itu.
Bercengkrama.
Dibalur rasa cinta yang membara.

Aku merindukanmu tita.

Di bawah beringin.
Disiang nan membara.
Di temani siulan burung.
Ah...
Aku sangat merindukannya.

2.05.10

Ini galungan, bangunlah dari mimpimu.

0komentar
Hey nak.
Harum dupa buatmu tersenyum.
Tapi kau masi pulas dalam lautan mimpi yang kau arungi sedari semalam.
Mentari tertawa melihatmu nak.
Malulah...

Ini hari sudah beranjak jadi siang.
Alunan mantra dan genta semakin semarak.
Ini galungan nak.
Mari kita syukuri segala limpahanNya.
Jangan hanya mengeluh dan meminta.
Ayo lekas bangun. Sudahi dulu mimpimu itu.
Tunjukkan bhaktimu pada sang pencipta!
Kelak kau pasti tau.
Dupa, genta dan mantra kan slalu buatmu tersenyum.. :)

Wednesday, May 12, 2010 at 9:11am

Purnama tak berarti.

0komentar
Semua tertelan kelamnya malam.

:
cinta.
Sayang.
Belaian.
Pelukan.
Genggam tangan.
Bahkan kecupan.

Hilang.

Entah kemana larinya.
Pojok itu.
Di kolong.
Atau di langit langit.
Tak di temukan.

Bahkan.
Terangnya bulan purnama tak mampu menerangi langkahku untuk mencarinya.

Iya.
Semuanya hilang di telan kelamnya malam.
Hingga purnama tak berguna.
Purnama tak lagi menjadi pelita.
Purnama hanya hiasan yang menggantung di langit.
Hanya bisa dipandang.
Tak bisa terangi.


Aku gundah.
Aku tak ingin semuanya hilang.


-----------
entah dimana dan kapan. Purnama sungguh tak berarti lagi.

inginkan anugrah malam.

0komentar
kini malam.
terasa lebih sepi dari sebelumnya.
lebih hening dari malam yang pernah kitra lalui bersama.
apa semua menghilang ketika kau pergi?


kini malam.
berikan secercah cahaya.
terangi lamunanku di penghujung jalan ini.
aku bisa melihat bias cahayanya, diatas aspal pekat ini.


dan.
ia datangkan wajahmu dihadapanku.
dia hantarkan senyum khas-mu yang selalu buatku tersenyum sumringah.
tapi kau dimana?


kini malam.
membuat otakku berputar kembali.
membawa diriku kemballi disaat kita berdua.
di pantai itu, gunung, maupun di penghujung bukit.
ku seakan ada disana bersamamu.
saling bercumbu.


malam datangkan kenangan indahku bersamamu.
malam buatku tersenyum bak orang gila dijalanan.
malam buatku terisak, mengngat ketika kau pergi meninggalkanku.


pinta ku.
disuatu malam nanti.
kita habisakan waktu bersama.
menatap indahnya langit.
menghitung bintang.
terlelap kau dalam pelukkan hangatku.
kan ku kecup bibrmu agar kau semakin terlelap.
di bawah karya megah Sang Pencipta.




ku ingin ajak kau terlelap di bawah taburan bintang






ubud.
26.04.2010



malam, berikan ku keajaiban.
ku pinta sayap.
agar ku bisa terbang menemuinya. :)
 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates