Haruskah secepat ini?

Dan malampun mulai mendesah.
Sisakan berjuta misteri dibalik gelapnya.
Terlihat samar samar seseorang di balik kabut yang mulai ikut slimuti diri.

Siapa dia gerangan?
Dengan tegap berjalan.
Berniat hampiri diriku.
Yang terpaku diatas batu.

Kabut itu tak jua hilang.
Ia selipkan ketakutan pada malam yang penuh misteri.

Ku rasakan deru langkahnya.
Hentakkan kaki bak kaki kuda dengan sepatu barunya.

Dan.
Kabut malam belum tersingkap.
Seakan enggan tuk membuka kedoknya.

Siapa dia?

Aku ketakutan tapi penasaran.
Ku ingin beranjak tapi kakiku tibatiba lumpuh.
Hanya bisa menunggu waktu yang bergerak begitu lama.

Apa ia akan membunuhku?
Atau akan menodaiku?
Atau ia pangeran yang akan membawaku ke negeri impian.
Negeri para dewata.
Negeri yang konon lebih indah dari surga.

Nafasku memburu.
Tak berkedip mataku hanya pandangi kabut yang terlihat samar tubuh sesorang yang berjalan hampiriku.

Ingin ku berteriak agar ia berjalan cepat.
Hey, aku tak sabar! Aku ingin tahu siapa kau!
Aku berteriak,tapi dalam hati.
Lidahku kaku membeku.

Aku bisa rasakan nafasnya.
Hembusannya hangat.
Memecah hening malam berselimut kabut.
Tapi kabut tak mau pergi.
Ia masih saja membatasi aku dan dia.
Menjadi tembok penghalangku dengan dia.

Tangannya menyentuh pipiku.
Kurasakan belaiannya.
Lembut nan mesra.

Aku kenal sentuhan ini.
Apa benar sosok ini seperti yang ku pikirkan sekarang?
Hembusan angin tak bisa meniup kabut yang menutupi wajah dan sekujur tubuhnya.

Ini tangan Andi,racauku dalam hati.
Andi yang dulu pernah menjadi kekasihku.
Si bongsor yang dulu menjagaku slalu.

Tapi dia sudah mati.
Tak mungkin ini dia.
Dengan tenang dia meninggalkanku.
Meski rasa perih ketika dia pergi masih terasa.
Dia pergi tanpa permisi.
Tinggalkan angan yang hanya menjadi abu kemudian diterpa angin menghilang.

Aku raih tangan yang dislimuti kabut.
Hangat.
Tapi kenapa ia menjauh?
Mencoba tuk lepaskan genggamanku.

Perlahan ia berlalu.
Dan kabut mulai tersingkap.
Mempertontonkan wajah menawan yang sedari tadi bersembunyi.
Entah malu aku tak tau.
Tetesan air mata hantarkan ia berlalu.

Aku tak mampu berkata kata.
Dia datang ketika ku dimalam yang sama.
Ketika ku menunggunya di pinggiran kolam.
Tempat biasa kita bercumbu.
Namun, kabar kematiannya yang datang pada malam itu.
Yang buatku terisak menahan sesak di dada.

Kenapa kau pergi begitu cepat?
Aku ingin memelukmu untuk terakhir kali.
Apa kesempatan itu masih ada?
Aku ingin kecup bibirmu.
Tapi dimana ku bisa temukan tubuhmu?
Haruskah ku gali makammu?

Kau relakan aku disini sendiri.
Dengan berjuta kenangan kita bersama.
Meski sakit dan perih.
Aku bahagia pernah bersamamu.
Dan aku takkan mencari penggantimu.
Karena kau cintaku yang akan ku bawa sampai mati.
Hingga nanti kita bersanding berdua di hadapanNya.


Ketika otak memikirkan cinta mati.
09.05.2010.

Aku rela mati hanya untuk temanimu disana.
Memecah kesepianmu.
Berbagi kehangatan di malam berkabut yang dingin.

0 komentar:

Post a Comment

Hujat lah !!!

 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates