Kematian Dengki

Malu ku menari.
Menahan setiap dengki.
Meringkuk dalam luka hati.
Atau tertanam sampai mati.


Aku tak mungkin bangkit dan berlari.
Atau hanya sekedar berdiri.
Benar benar mati.
Tak perlu kau caci.

Hanya berakhir sepi.
Sakit yang tak kunjung henti.
Mulai dari hati sampai aku mati.
Raga di sesaki dengki.


Ubud, 4 Januari 2011

6 komentar:

sasa said...

harus dibaca berkali2 ini... berhubung skrg jam nya ngantuk..............
but you're good at making things like this ya? :D

Erinda Moniaga said...

Moy, kok khey makin lama makin sakti aja sih?

Unknown said...

sekali itu berarti, setelah itu mati!
teruslah berkarya \m/

Pande Parwata said...

akankah semua terbawa mati. seiring raga yang mulai terisi dengan dengki?

Gustra Adnyana said...

Para Pande bukan lagi seseorang yang berhubungan dengan besi atau baja. Tetapi sudah mulai mendobrak dunia sastra.... *alay!

PS : bukunya kapan LOL

Patty said...

Baca ini berasa kayak lagi didendamin sama sadako.... hehehe... *menusukkedalam*

Post a Comment

Hujat lah !!!

 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates