bulan luka

0komentar
Bulan menganga.
Mengalir darah diantara lekuknya.
Meringis diantara tawa.
Yang buatnya jadi gila.

Bulan tak seperti bulan;
Yang indah.
Yang bercahaya.
Yang bisu.

Kini bulan.
Menahan perihnya luka
.Berusaha tertawa.
Walau hanya sekedar tanda.

Dia bulan bukanlah bulan.
Dia hanya luka menganga.
Bukan bulan yang dulu bulan.
Hanya bualan dari segala jaman.

Jakarta, 13-12-2010

Bulan Bisu

1 komentar
Mengalun syahdu.
Lirik rindu diantara bulan bisu.
Membawa aku kedalam riuh tarian angin.
Terbang menuju bintang berjuta rasi.

Tak ada cinta yang tersisa.
Tak lagi ada cium di keningnya.
Hanya gurat hampa.
Tanpa rasa.

Aku dimana?
Terbangun dengan luka menganga.
Tersadarkan oleh tetes rindu.
Yang menetes dari bulan bisu.

Periperi terbang menuju langit.
Akankah ia membuat bulan berdikari?
Atau hanya akan membuatnya mati?
Dari diri yang bersimbahkan benci, aku tak ingin bulan mati



.Benci dengki dan mati.
Rindu syahdu dan bisu.
Aku kamu dan cinta.
Menawan diantara gemulai alam.


Ubud, 28-11-2010

Pande Parwata

purnama yang tak akan mati

1 komentar
esok purnama.
tapi kau tak pernah menjelma-nya.
atau paling tidak hadir di bawah terangnya.
tersenyum dan tertawa.

tapi bukan gila.
atau menahan sengsara.
kau hanya indah.
dan akan menjadi pelita.

purnama seakan mati.
jika kau hanya menanti.
mengubur diri.
dibalik dengki.

tak jua harus berlari.
mencaci aku yang akan mati.
dalam relung relung benci.
yang ter-kuak dalam mimpi.




aku hanya ilusi.
yang terbuat dari mimpi.
dan aku akan mati.
menjelma api.



berkobar .
merah, semerah senja.
bertabur makna diantara luka.
yang kian menganga.



dan akan menghilang.
diantara hembusan angin.
disela sela hangat nafasmu.
seakan pilu.


kemana ku harus mencari.
purnama yang tak akan mati.
tersirat makna duniawi.
cahaya suci.


ubud,17-11-2010

saat terakhir di taman berbunga

2komentar
teruntuk A.D.


mungkin malam telah berbisik padaku.
sayup sayup rayuan tak tersampaikan.
saaat bulan dan bintang bersenggama di tengah purnama.
menanti keramaian.

malam yang kelam berpesan padaku.
menjaga setiap kisah kita yang tak mungkin terulang.
kisah kaum pecinta yang sirna di hamparan gurun.
memudar di tiup angin sepoi yang begitu menyejukkan.


bintang mengingatkan ku.
betapa anggunnya dirimu.
saat malam purnama yang begitu terang.
di hamparan bebunga yang semerbak,di penuhi kekupu.


berlarian mengejar kupukupu.
mengejar impian yang pernah kau katakan padaku.
kau sunggingkan senyuman.
membawakan kekupu yang begitu indah, di genggaman tangan mungilmu.


kau menggenggamnya erat.
tak kan terlepas dari mungilnya tangan yang dingin.
bukan takut, tapi girang akan itu.
tersipu malu.


degup jantungku terhenti.
saat kau mulai berlari menjauhi taman indah itu.
kekupu pun ikut berlari.
menjauh dari taman berbunga, menjauh dari tubuh hinaku.


aku tak sanggup tuk bangkit.
ataupun lari mengejar kemana bayangmu pergi.
layaknya kesemuan dalam mimpi indahku.
aku terpaku dan pilu.


kemana harus ku cari senyummu?
akankah ada di tengah taman yang begitu indah untuk ku hancurkan?
ataukah kau bersembunyi di balik sayap kekupu yang berwarna warni.
buatku menangis.


purnama kembali berbisik padaku.
saat aku menggigil menahan angin rindu yang begitu memuakkan.
'tersenyumlah!, untuk dia yang begitu indah.'
relakan kekupu pergi bersamanya, taman ini akan tetap berbunga dan menjadi kenangan indahmu.




denpasar,
30 Oktober 2010

Gemintang Terakhir

1 komentar
Jutaan gemintang.
Terangi langkah demi langkah kakiku.
Di antara kelamnya bayang semu akan kehadiranmu.
Yang membuat aku terdiam pilu.

Aku ingat betapa dulu kita tertawa.
Ketika kau raih sekepal impian dengan penuh senyum.
Saat itu kau genggam tanganku.
Erat dan pasti, kau lakukannya dengan hati.

Tapi dunia sudah berputar.
Kau tak lagi seperti kau yang dulu ada untukku.
kau tak lagi seperti kau yang mengumbar seuntai senyum yang membuat ku tersenyum.
Kau tak lagi seorang malaikat malam yang selalu disampingku, temani nyenyaknya tidurku.

Tak ada sepatah katapun yang kau ucap di malam itu.
Dimana saat bulan begitu indah untuk dicumbui.
Tapi kau terdiam.
Mengharu dan membisu.

Hingga ketika bulan terlelap.
Gemintang tak nampak hiasi langit.
Engkau masih tertunduk dan terpaku.
Diam dan membisu.

Kau tak lagi kau.
Aku sudah kehilangan arah.
Tak tahu harus kemana mencarimu.
Mencari dimana sesungguhnya engkau yang sedari dulu tersenyum untukku.

Kusibak tabir malam.
Aku maki rembulan.
Mencari diantara gemintang.
Mencari mu diantara kolong kolong langit yang tlah lapuk.

Hingga gemintang terkahir.
Aku tak bisa menemukanmu.
Menemukan senyum manismu.
Hanya harapan semu.


Ubud,
28-10-2010

setangkai mawar yang kau buang.

0komentar

Ingat kah engkau;
setangkai mawar merah yang merona itu kau buang dihadapanku?
segenggam asa yang dulu pernah aku impikan bersamamu hilang bak pasir yang tertiup badai?

aku mengerang;
sakit yang aku rasakan tak sesakit ketika tamparan itu menghampiri pipiku.
perih yang ku rasa tidaklah seperih ketika kau mengecup bibirnya di depanku.

aku kecewa;
beribu kata makian tak kunjung terucap.
hujatan hujatan binatangpun kupendam dalam hati.
karena aku tak sanggup.

bibirku membiru,bukan lebam hanya membeku.
lidahku pun terasa terpotong potong sampai aku tak bisa berkata - kata.
hampa.

aku geram
tapi aku pun diam.
aku benci
tapi aku mati.

tak adakah sisasisa cinta yang bisa ku rengkuh?
bukan untuk memilikimu.
aku hanya ingin;
perih dan luka yang telah kau tancapkan padaku.
mereda diantara tangis pilu.

sakit yang begitu sakit menjelma menjadi tawa.
tawa jenaka dalam lantunan nyanyian senndu.

kemanakah harus kucari.
deraian hujan di musim semi yang bisa indahkan senja hariku.
buatku tersenyum bukan gembira, hanya ingin buatmu termangu.


harmoni senja yang kurindu.
diantara pilunya hari hariku.
aku tak'an menunggumu.
aku kan tersenyum meski semu diantara tawamu.

ubud, 20-10-21010

di gengamku

0komentar
Ku genggam. Seuats senyum yang dulu pernah kau beri.
Kan ku simpan. Hingga suati hari nanti kau tak tersenyum lagi padaku.

Seperti kusimpan gemintang.
Akan kujadikan pelita untukmu.

Kasih

bidadari tertawa 2

0komentar
ingat kah kau?
ketika tetes demi tetes air mata jatuh di semak yang tandus.
di mana asaku terbenam di hamparan padang pasir emas.
bidadari semakin girang tertawa.

menikmati detik demi detik derita yang aku rasakan.
mereka puas.
tertawa terpingkal pingkal.
mencercaku dengan makian dan umpatan,
yang membuat api kian membesar melalap aku dan mungkin asaku yang tertinggal.
menguak ke gundahan jiwa akan hilangnya harapan.


lelah aku mendengar tawa jenaka yang bagai neraka.
menghujam setiap derita dengan tusukan panah.
bukan panah asamara, tapi panah beracun dengan ujung berlumuran garam yang kian buatku meringis perih.
aku tersungkur tapi bukan mati, aku hanya diam menikmati.

kulitku kian melepuh.
tulangkupun terasa mau hancur.
aku tak sanggup lagi berdiri ataupun berdikari.
mulutku membeku tapi dalam lalapan api.

hujan turunlah.
hentikan tawa bidadari biadab yang berlagak sebagai pencipta.
guyurlah mereka dengan derasmu, buat mereka tunggang langgang.
hingga aku bisa duduk, hanya duduk dan tidak lebih.

hujan.
mungkikah asaku ada di antara rintikanmu yang mengalir di setiap lekuk tubuhku?
aku tak peduli perihmu, aku hanya ingin kau bawakan aku sedikit harapan.
hanya sedikit saja, harapan dari asa yang hilang.

aku tak ingin mendengar gelak tawa mereka lagi.


Ubud, 18 September 2010

bidadari tertawa

0komentar
Seperti langit.
Yang kian membiru, menahan sejuta tawa jenaka para bidadari.
Menghayutkan impian yang tertunda.
Tapi kemana?

Ke surgakah?
Mencari bidadari yang tertawa.
Atau ke bumikah?
Mencoba temukan asa di balik semak belukar di padang gurun.

Tawa sang bidadari kian menggelegar.
Buat langit kian gelap.
Asa ya ng dicari pun tak terlihat.
Membuta diantara gelak tawa.

Terdengar tetesan air mata.
Beriak diantara semak semak yang kering siap terbakar.
Inginku melompat membakar sejenak tubuh yang mulai lemas.
Mencoba menguak asa disana.

Setengah tubuhku melepuh.
Air mata mengucur seiring perihnya luka pada tubuhku.
Asa itu tak kunjung muncul.
Apa mungkin iya ikut terlalap api?

Rintihan dari mulut ini tak mampu redakan perih.
Ku seka air mataku.
Aku relakan tubuhku hangus tak tersisa.
Demi asa yang tlah hilang.




Denpasar, 16-09-2010

abortinus

0komentar
Namaku Abortinus.
Aku terlahir dari rahim yang membiru.
Membusuk diantara liang kenikmatan yang menggoda.
Menganga lukaluka bekas derita.

Aku terlahir diantara belatung.
Yang menjelma bak siluman di bulan purnama.
Buas dan teteslan liur kebusukan.
Sebusuk bangkai padang gurun.

Aku tak berlengan.
Kepala berlubang bekas hujaman dan sayatan.
Sisakan perih.
Seperti tercabik cabik.

Darah masih mengalir di setiap lekuk tubuhku.
Dari mataku.
Dari telinga dan hidungku.
Dari dada yang membusung, bukan menantang tapi membusuk.

Lalat dan belatung menjadi kawan setiaku.
Bercengkrama dengan darah.
Berjibaku dengan bau busuk yang menusuk.
Aku mati karena rahim.

Aku Abortinus.
Aku bukan manusia.
Hanya segumpal darah dari rahim yang menganga.
Hanya se untai impian asa yang terbuang.

Menjelma diantara kebusukan.
Aku tersenyum diantara busuknya derita.


Denpasar, 08-09-2010

rembulan yang kian hitam.

1 komentar
Mencerca.
Rembulan yang kian hitam terlalap malam.
Yang kian kelam temani hitamnya jiwa.
Jiwa yang tertikam belati di ujung asa.

Menjelma bak siluman.
Mengikis keraguan.
Mencari asa yang kian hilang.
Tenggelam diantara malam yang kian kelam.

Jiwaku hitam.
Menyeruak di balik sepi spoi angin pantai.
Bermandikan sinar gelap dari rembulan.
Tak terbuai oleh angan.

Jiwa menjelma.
Meneteskan liur.
Menyerupai serigala.
Meraung di bawah rembulan yang gelap.
Merindu cahaya terang.

Jiwa dingin beku.
Menjadi kelabu.

Di mana hangatnya rembulan?
Semua menjadi hitam dan kelam.
Menjadi sunyi dan sepi.
Bermandikan kegelapan.
Di antara asa yang kian lenyap.

Ubud.
27/08/2010

ingin ku caci malam

0komentar
ingin ku caci malam.
Meludah ke hadapan wajah yg berbinar mencela.

Aku benci angin.
Yang membawa derita kaum pecinta.

Dimana sesungguhnya nikmat yang kau janjikan?
Dimana letak cinta yang sedari dulu kau agunggkan?

Lelah ku mencari.
Tapi tak jua ingin berlari.

Hanya termangu menanti bayang semu.
Mencoba tuk hentikan waktu.


Ubud.
16/08/2010

menggerutu.

1 komentar
Itu bukanlah imaji jingga yg merona layaknya pelangi selepas hujan/
ataupun khayalan diantara para malaikat pencabut nyawa/
itu antara kau dan aku/
ter-balut cinta/
menjelma di setiap titik2 embun yg mulai menetes ke padang pasir/
mekarkan bebunga yg kian layu terhempas rindu/
aku mati tapi bernafas/
jantungku masih berdetak meski sesungguhnya jantungku sudah hilang/

ini bukanlah imaji/
ini juga bukan khayalan/

senja yang datang kian membalut dan merengkuh jiwa yang mulai sepi terlalap api/
kobarkan rasa rindu yang merubah langit menjadi ungu/
kelam dan suram/

badai pasir datang hancurkan titik2 embun yg enggan tuk menetes/
harapan sirna di balik merekahnya bunga setaman/

tapi rindu tetaplah rindu/
gegrogti tubuh ini/
hingga busukkan jiwa yang tertanam dalam duka kaum pecinta/

aku/

merindu sebuah kecupan/
aku rindu akan pelukkan/
hangat tanganmu masih terasa dan takkan bisa tergantikan/

ini bukan imaji ataupun khayalan/
aku membisu di temani bulan yg membatu dalam rindu yg buat menggerutu.

Bali
01/08/2010

nikmati sisa birahi. (mencumbu rembulan)

5komentar
Sendiri.
aku masih nikmati sisa senggamaku dengan rembulan.
Di pelataran istani kertas, ku cumbu ia penuh nafsu.
Berpeluh, bermandikan birahi yang menggebu.

Tak sejengkal dari tubuhnya yang terlewati dari jilatanku.
Air liurku mengalir di setiap lekuknya.

Ia tersenyum.
Menikmati setiap orgasme yang ia rasakan.
Mendesah di setiap klimaks yang di rasa.
Mengulum kesunyian hingga datangkan kepuasan tiada tara.

Apa aku hina bercinta dengannya?
Dengan rembulan yang suci.
Dengan sang dewi yang terang menyinari.
terhanyut hawa dan nafsu manusiawi.

Ingin ku cumbu slalu.
Habisakan malam bersama.
Di setiap aliran birahi yang menjalar hingga ke jiwa.

Aku bukan binatang.
Aku hanya manusia yang penuh birahi.
Yang hanya ingin mencumbu rembulan.
Di temani gemintang yang benderang hempaskan sunyi.


Rembulan tersenyum.
Nikmat.
Di setiap hembusan nafas, mengalir birahi seorang jejaka.
Yang tak kuasa,ingin mencumbunya.


Menatap rembulan.
19/07/2010

hanya semu dan sendu.

1 komentar
Haruskah?

Aku memagut kesendirian.
Mencumbu setiap kesunyian.
Hanya untuk pergi darimu.
Semu.

Aku dicaci rembulan.
ketika sang kejora tak lagi ada.
Ketika hatiku membeku nan membatu.
Ingin ku mencumbumu.

Tak mungkin ku rengkuh dirimu (lagi).
Ku biarkan kau tersenyum.
Meski aku di bekap sendu.

Hanya semu.
Dan aku sendu.
Tak lagi seperti dulu.


Di bawah mendungnya denpasar.
19/07/2010

Berkutat dengan imajinasi dan fatamorgana

5komentar
Sore ini.
Dimana mentari mulai melahap segenap gemawan yang membuat langit membiru.
Ketika burung beradu siul di pucuk pohon kenanga yang berbunga.
Harumkan setiap sudut ruangan sempit gelap tak bercahaya.
Yang hanya menyisakan kebekuan di tubuh yang mulai lesu.

Aku lelah.
Lelah menunggu sebuah kepastian yang tak kunjung ku temu.
Aku tak ingin hanya menunggu.
Membatu tanpa berkutik sedkit pun.

Ribuan bebunga beguguran di musim kemarau.
Jatuh satu persatu menghujam bumi.
Menghias keringnya rerumputan yang nyaris hangus terbakar mentari.
Hanya harum kenanga yang masih bias tercium.

Senja yang menawan ini tak seperti dulu lagi.
Senja ini tak lagi berpendar merah seperti dulu di waktu kita bercinta.

Aku tau kau jauh.
Aku sadar kalau kau hanya sekeping mimpi yang aku punya.
Tapi kau begitu berarti.
Berarti untuk mengisi ruang di hatiku.


Tapi aku sadar.
Kau hanya mimpi.
Hanya bagian terkecil dari imajinasiku.
Yang hanya datang seketika dan berlalu tanpa permisi.

Kau tak lebih dari fatamorgana dalam hidupku.
Yang terlihat nyata.
Namun sesungguhnya tiada.
Semua jadi rancu.

Dari segala imajinasiku tentang mu.
Dari semua kerancuan itu.
Aku tetap percaya.
Bahwa kau ada.

Meski kau terletak diantara dunia nyata dan mimpi indahku.
Terpisahkan oleh ruang dan waktu.
Menjadi fatamorgana dalam hidupku.
Yang ingin ku raih, tapi aku tak mampu.

Disini ku termangu menungu kepastian mu.
Menanti kata yang terucap dari bibir tipis yang senantiasa tersenyum manis.

Tapi kau hanya mimpi.
Bagian terkecil dari imajinasi liarku.

Akankah kau hadir di hadapanku?
Hanya berjarak sejengkall dari bibir mu.
Merasakan setiap hembusan nafasmu.
Beradu dengan hentakkan jantung yang mulai menggebu.

Akankah kau menjadi realita?
Bukan hanya sekedar imajinasi yang kian menyiksa ku dalam derita.
Aku tak ingin hanya larut dalam fatamorgana.
Tapi ku ingin kau seutuhnya.

Ubud
21/06/2010


aku takut (jangan pergi kejora)

0komentar
Aku takut kejora.
Aku takut suatu hari nanti kau tak kan bersinar lagi.
Kau akan pergi meninggalkan aku dalam kelamnya malam yang paling kelam.
Biarkan aku terkikis desiran angin yang kian mengganas menerpa sekujur tubuh yang mulai ditinggal cinta.

Sungguh, kau akan menyiksaku.
Tak kan lagi kau tersenyum untukku.
Tak mungkin lagi kau sinari aku, peluk aku dan kecup bibirku.
Hanya kehampaan yang akan hampiri aku.

Meski kau berikan penggantimu.
Meski ia lebih hebat darimu.
Kau takkan terganti kan dalam hidupku kejora.

Hanya ada satu kejora dalam hidupku.
kejora yang slalu terang.
Merona dengan senyum di ujung bibir yang taklukkan kaum adam yang melihatnya.
Tentu saja aku salah satunya.
Yang tak mungkin lupakan ketika kau tersenyum untuk pertama kalinya di malam itu.
Di saat purnama menjadi saksiNya.

Jadi kejora.
Jika kau pergi kelak.
tinggalkan seutas senyum yang akan ku kenang slalu.
Dekap dan kecup aku untuk trakhir kalinya.
Biarkan aku terlelap dalam buai hangatmu.


Ubud, 13-06-2010

Jangan pergi kejora. Jangan pernah

surat untuk kejora 2 (kan ku kecup bibirmu)

1 komentar
apa kau tak lelah kejora?
Ini sudah subuh, masih saja kau terangi malamku.
Tersenyum indah kau disana.
Tidak kah kau lapar?
Sedari mentari mulai mengantuk dan tertidur kau mulai berjibaku melawan dinginnya malam keluar dari sesaknya awan.
Apa kau sungguh kuat bergekantungan diatas sana?
Penuh rona cahaya buat diriku bisa melihat wajah kusamku diatas gundukan tanah basah yang harum di nalam kelam nan sunyi ini.
Hanya cahaya mu lah yang temani setiap langkahk, mengiringi lantunan orkestra malam para jangkrik yang gaduh tapi berirama.

Kejora....
Kau mekarkan bebunga di setiap senyum manismu.
Kau buat kekupu beterbangan hampiri tubuh yang mulai bau tanah siap untuk dimasukan liang lahat.
Kau warnai kertas hitam kelam hidupku.
Berjuta makna kau ciptakan di setiap tawamu.

Ku tak pernah liat kau teteskan air mata.
Ku tak pernah liat kau meringis kesakitan.

Jika itu terjadi.
Kan ku usap air mata yang menetes basahi wajahmu.
Takkan kurelakan air itu mengucur bak darah yang mengucur deras dari luka di dada yang di hujam pisau belati penuh benci.

Kan ku isap lukamu agar kau tak lagi merintih.

Ku kan lengkapi semua itu dengan kecupan lembut di bibirmu yang akan hantarkanmu ke peraduanmu.
Agar besok kau bersinar lagi.
Dan cahayamu tak pernah pudar, wahai kejora.

Berbaring melihat kejora.
6/6/2010

kan ku kecup bibirmu.

Surat untuk kejora(cahayamu tak pudar)

0komentar
Kejora.
Kau beri warna di setiap hitam hidupku.
Ronamu tak pernah redup.
Berpendar merah jambu.

Kau mekarkan bunga di setiap langkah yang kau ayunkan.
Padang gersang menjadi taman bunga penuh kumbang dan kupukupu yang beterbangan di antara dirimu yang tak pernah redup.
Setiap langkahmu getarkan jiwaku yang slalu takluk akan senyuman dari bibir tipis nun indahmu yang menggoda untuk ku kecup.

Ku slalu bahagia dekatmu.
Menghabiskan senja bersama penuh tawa dan canda.
Tapi kenapa tiada cinta?

Senja sunyi tak bersuara.
Kita lewati berdua tanpa dusta.
Menemanimu slamanya.
Seperti bulan dan bintang yang slalu bersanding bersama.
Meski mreka berbeda.

ku kecup keningmu. AKu berharap aku lah pangeran berkuda putih yang slalu kau idamkan. Yang akan bersanding denganmu hingga ajal merenggut.

04/06/2010

Mencumbu Rembulan.

0komentar
Dan.
Malam ini purnama.
Langit cerah dimana semua insan menebar kebahagiaan.
Dimana balutan asmara hiasi setiap sudut ini.
Tak ada bunga yang berguguran.
Tak ada angin sepoi yang sejukkan tubuh ini.

Semuanya hening.
Lolongan serigalapun tak terdengar.
Ataupun hanya sekedar sayup.

Aku.
Dengan kaki bergelantungan di atas beranda.
Memandang takjub ke angkasa.
Melihat Tuhan menorehkan guratanNya.
Malam itu sungguh indah.
Dengan badan menengadah ke atas.
Tangan menjadi bantal.
Lantaipun terasa empuk.

Aku sungguh terbuai.
Tergoda oleh kerlingan rembulan.
Yang seakan memandangku penuh gairah.

Bulan memperkosa malam.
Ia taklukan cerita tentang malam.
Tak ada yang mengusik.
Mereka takluk di bawahnya.

Apa aku juga?
Iya.
Aku terpikat.
Aku ingin cumbui bulan.
Nodai malam.
Dengan getir getir darah panas yang mengalir di tubuhku.
Ku ingin rasakan nikmatnya mencumbui bulan.
Aku akan cium.
Tak ku biarkan sejengkalpun yang akan ku lewatkan.

Aku tak ingin hanya tersenyum dan memandangnya.

Ku ingin cumbui bulan.


May 2010
apa aku gila? Bulan yang terlebih dahulu godai aku,kawan.

Rasakanlah.

0komentar
Sendiri.
Menantang sepi.
Ingin hancurkan kelam.
Pecahkan kesunyian.

Datangkan musim gugur yang jatuhkan bebunga segar.
Menghantarkan jiwa kedalam damainya malam.

Tak mati.
Hanya pejamkan mata.
Rasakan bebunga yang jatuh itu

may,2010

Aku sudah siap.

0komentar
Tangisku tak lagi bening.
Linangannya berwarna merah.

Iya.
Antara air dan darah.
Mengalir deras di bongkahan mataku.
Menahan perih tubuh yang bernanah atas luka yang kau perbuat.

Kau hancurkan anganku tuk hidup.
Segenap asaku tertelan diantara gelembung gelumbung laknat yang menenggelamkannya.

Kemana ku harus sembunyi?
Ketika semua hanya tinggal janji.

Ah sudahlah.
Jika sudah waktunya nanti.
Entah esok ataupun lusa.
Tubuh yang terluka penuh nanah ini siap menjadi tumbal untuk hentik'an semburannya.

may 2010.
Jeritan saudara kita di sana.
Meringis menahan derita...

Ini galungan, bangunlah dari mimpimu.

0komentar
Hey nak.
Harum dupa buatmu tersenyum.
Tapi kau masi pulas dalam lautan mimpi yang kau arungi sedari semalam.
Mentari tertawa melihatmu nak.
Malulah...

Ini hari sudah beranjak jadi siang.
Alunan mantra dan genta semakin semarak.
Ini galungan nak.
Mari kita syukuri segala limpahanNya.
Jangan hanya mengeluh dan meminta.
Ayo lekas bangun. Sudahi dulu mimpimu itu.
Tunjukkan bhaktimu pada sang pencipta!
Kelak kau pasti tau.
Dupa, genta dan mantra kan slalu buatmu tersenyum.. :)


12-05-2010

Haruskah secepat ini?

0komentar
Dan malampun mulai mendesah.
Sisakan berjuta misteri dibalik gelapnya.
Terlihat samar samar seseorang di balik kabut yang mulai ikut slimuti diri.

Siapa dia gerangan?
Dengan tegap berjalan.
Berniat hampiri diriku.
Yang terpaku diatas batu.

Kabut itu tak jua hilang.
Ia selipkan ketakutan pada malam yang penuh misteri.

Ku rasakan deru langkahnya.
Hentakkan kaki bak kaki kuda dengan sepatu barunya.

Dan.
Kabut malam belum tersingkap.
Seakan enggan tuk membuka kedoknya.

Siapa dia?

Aku ketakutan tapi penasaran.
Ku ingin beranjak tapi kakiku tibatiba lumpuh.
Hanya bisa menunggu waktu yang bergerak begitu lama.

Apa ia akan membunuhku?
Atau akan menodaiku?
Atau ia pangeran yang akan membawaku ke negeri impian.
Negeri para dewata.
Negeri yang konon lebih indah dari surga.

Nafasku memburu.
Tak berkedip mataku hanya pandangi kabut yang terlihat samar tubuh sesorang yang berjalan hampiriku.

Ingin ku berteriak agar ia berjalan cepat.
Hey, aku tak sabar! Aku ingin tahu siapa kau!
Aku berteriak,tapi dalam hati.
Lidahku kaku membeku.

Aku bisa rasakan nafasnya.
Hembusannya hangat.
Memecah hening malam berselimut kabut.
Tapi kabut tak mau pergi.
Ia masih saja membatasi aku dan dia.
Menjadi tembok penghalangku dengan dia.

Tangannya menyentuh pipiku.
Kurasakan belaiannya.
Lembut nan mesra.

Aku kenal sentuhan ini.
Apa benar sosok ini seperti yang ku pikirkan sekarang?
Hembusan angin tak bisa meniup kabut yang menutupi wajah dan sekujur tubuhnya.

Ini tangan Andi,racauku dalam hati.
Andi yang dulu pernah menjadi kekasihku.
Si bongsor yang dulu menjagaku slalu.

Tapi dia sudah mati.
Tak mungkin ini dia.
Dengan tenang dia meninggalkanku.
Meski rasa perih ketika dia pergi masih terasa.
Dia pergi tanpa permisi.
Tinggalkan angan yang hanya menjadi abu kemudian diterpa angin menghilang.

Aku raih tangan yang dislimuti kabut.
Hangat.
Tapi kenapa ia menjauh?
Mencoba tuk lepaskan genggamanku.

Perlahan ia berlalu.
Dan kabut mulai tersingkap.
Mempertontonkan wajah menawan yang sedari tadi bersembunyi.
Entah malu aku tak tau.
Tetesan air mata hantarkan ia berlalu.

Aku tak mampu berkata kata.
Dia datang ketika ku dimalam yang sama.
Ketika ku menunggunya di pinggiran kolam.
Tempat biasa kita bercumbu.
Namun, kabar kematiannya yang datang pada malam itu.
Yang buatku terisak menahan sesak di dada.

Kenapa kau pergi begitu cepat?
Aku ingin memelukmu untuk terakhir kali.
Apa kesempatan itu masih ada?
Aku ingin kecup bibirmu.
Tapi dimana ku bisa temukan tubuhmu?
Haruskah ku gali makammu?

Kau relakan aku disini sendiri.
Dengan berjuta kenangan kita bersama.
Meski sakit dan perih.
Aku bahagia pernah bersamamu.
Dan aku takkan mencari penggantimu.
Karena kau cintaku yang akan ku bawa sampai mati.
Hingga nanti kita bersanding berdua di hadapanNya.


Ketika otak memikirkan cinta mati.
09.05.2010.

Aku rela mati hanya untuk temanimu disana.
Memecah kesepianmu.
Berbagi kehangatan di malam berkabut yang dingin.

Entah kapan.

0komentar
Mungkin mentari kan tertawa.
Langit kan mencela jua.
Ketika mereka menjadi saksi.
Memata mataiku.
Melihatku gundah, memikirkan semua.
:
kelahiran.
Tumbuh.
Mati.
Bahkan cinta.

Mereka kan terbahak bahak.
Terkencing kencing bahkan terguling guling.
Menatap raut wajahku yang sembrawutan berpikir.

Tak ada guna.
Relakan saja.
Kehidupan.
Kematian.
Dan Cinta.
Hanya satu dari karya megah pencipta.
Tak perlu risau.
Kita pasti mati.
Entah kapanpun.
Kematian menganga di depan kita.

Tak perlu takut.
Keabadian yang sesungguhnya adalah kematian...

Entah kapan dan dimana.
07.05.10

Aku sangat rindu.

0komentar
Itu kamboja indah.
Ku ingin sematkan di kupingmu.
Lagi.

Inginku kembali ketika itu.
Bersamamu dalam dekapan senja nan menawan.
Senja terindah dalam hidupku.

Hey...
Ini bukan musim gugur!
Bebunga berguguran.
Jatuh disekeliling kita.
Menambah semarak percintaan kita.

Aku ingin kembali ke waktu itu.
Bercengkrama.
Dibalur rasa cinta yang membara.

Aku merindukanmu tita.

Di bawah beringin.
Disiang nan membara.
Di temani siulan burung.
Ah...
Aku sangat merindukannya.

2.05.10

Ini galungan, bangunlah dari mimpimu.

0komentar
Hey nak.
Harum dupa buatmu tersenyum.
Tapi kau masi pulas dalam lautan mimpi yang kau arungi sedari semalam.
Mentari tertawa melihatmu nak.
Malulah...

Ini hari sudah beranjak jadi siang.
Alunan mantra dan genta semakin semarak.
Ini galungan nak.
Mari kita syukuri segala limpahanNya.
Jangan hanya mengeluh dan meminta.
Ayo lekas bangun. Sudahi dulu mimpimu itu.
Tunjukkan bhaktimu pada sang pencipta!
Kelak kau pasti tau.
Dupa, genta dan mantra kan slalu buatmu tersenyum.. :)

Wednesday, May 12, 2010 at 9:11am

Purnama tak berarti.

0komentar
Semua tertelan kelamnya malam.

:
cinta.
Sayang.
Belaian.
Pelukan.
Genggam tangan.
Bahkan kecupan.

Hilang.

Entah kemana larinya.
Pojok itu.
Di kolong.
Atau di langit langit.
Tak di temukan.

Bahkan.
Terangnya bulan purnama tak mampu menerangi langkahku untuk mencarinya.

Iya.
Semuanya hilang di telan kelamnya malam.
Hingga purnama tak berguna.
Purnama tak lagi menjadi pelita.
Purnama hanya hiasan yang menggantung di langit.
Hanya bisa dipandang.
Tak bisa terangi.


Aku gundah.
Aku tak ingin semuanya hilang.


-----------
entah dimana dan kapan. Purnama sungguh tak berarti lagi.

inginkan anugrah malam.

0komentar
kini malam.
terasa lebih sepi dari sebelumnya.
lebih hening dari malam yang pernah kitra lalui bersama.
apa semua menghilang ketika kau pergi?


kini malam.
berikan secercah cahaya.
terangi lamunanku di penghujung jalan ini.
aku bisa melihat bias cahayanya, diatas aspal pekat ini.


dan.
ia datangkan wajahmu dihadapanku.
dia hantarkan senyum khas-mu yang selalu buatku tersenyum sumringah.
tapi kau dimana?


kini malam.
membuat otakku berputar kembali.
membawa diriku kemballi disaat kita berdua.
di pantai itu, gunung, maupun di penghujung bukit.
ku seakan ada disana bersamamu.
saling bercumbu.


malam datangkan kenangan indahku bersamamu.
malam buatku tersenyum bak orang gila dijalanan.
malam buatku terisak, mengngat ketika kau pergi meninggalkanku.


pinta ku.
disuatu malam nanti.
kita habisakan waktu bersama.
menatap indahnya langit.
menghitung bintang.
terlelap kau dalam pelukkan hangatku.
kan ku kecup bibrmu agar kau semakin terlelap.
di bawah karya megah Sang Pencipta.




ku ingin ajak kau terlelap di bawah taburan bintang






ubud.
26.04.2010



malam, berikan ku keajaiban.
ku pinta sayap.
agar ku bisa terbang menemuinya. :)

Memori II (Semua Tentangmu)

0komentar
Ketika.
Sang surya terlelap.
Symphony malam mulai terdengar.
Rona rona jingga melukis langit.

Ketika itu ku rindukan peluk hangatmu.

Semilir angin terasa berbeda.
Ini lebih menusuk.
Menancap hingga sendi sendi tak lagi bisa menopang badan ini.

***
Aku rindu dekap hangatmu sayang.

Malam tak segelap malam ketika itu.
Dimana kita menatap langit yang penuh gemintang.
Bahkan sinar rembulan terangi deburan ombak yang sedari tadi hanya terdengar sayup sayup di telinga.
Dekapan eratmu hangatkan tubuh yang dihembuskan angin malam. Desah malam tak terasa lagi!

***
Aku rindu genggam tanganmu.

Ingatkah engkau.
Di Saat kita lalui bebatuan. Langkahkan kaki di tanah impian. Tanganku dan tanganmu.
Tak bisa dipisahkan. Semakin erat dan menghangat.

***
ku ingin kecupan itu.

Saat lolongan anjing berkumandang. Malam yang hening dan sepi mulai mencekam. Kau berikan aku kecupan. Tepat disini. Aku masih bisa rasakannya. Kecupan itu menjadi temanku, penghantarku pulang kerumah.
Dan temaniku hingga terlelap.

***
kini kau nun jauh disana.
Ku tak bisa lihat senyum itu lagi.
Dekap hangat yang slalu kau berikan dulu, tak bisa kurasakan kini.

***
Aku kedinginan disini.
Ku ingin kau peluk tubuhku seperti yang kau lakukan ketika itu.
Jangan lepaskan.
Karena ku tak ingin kau pergi.
Genggaman tangan yang dulu enggan kau lepas hanya menjadi fatamorgana kini.
Aku masi rasakan halus tanganmu di tanganku.

Kini malamku tak seindah ketika itu. Aku tak bisa terlelap tanpa kecupan itu. Aku ingin kau kecup lagi bibir ini agar aku bisa terlelap. Dan ku ingin kau hadir dalam setiap mimpi mimpiku.

Uh...
Inikah terjangan rasa rindu akut?


Di atas kasur usangku. 19.04.10.

Aku rindu kamu sayang.

Sumpah sang istri (Kutipan Buku Harian Minah)

0komentar
Aku terlahir menawan. Wajah cantik. Hidung mancung. Bibir tipis. Rambut panjang terurai.

Mungkin setiap lekuk tubuhku datangkan birahi pada setiap kaum adam. Membuat ereksi pria pria yang melihatku. Jangankan menatap, mencuri pandangpun birahi mereka akan memuncak.

Iya.
Wajahku memang cantik. Dengan tubuh tinggi. Kaki jenjang. Dada membusung dan pantat yang kencang. Pas untuk ukuran gadis 21 tahun sepertiku.

Tak sedikit lelaki yang menggodaku. Memujiku, bahkan ada yang sampai ingin menjadikanku istrinya.

Siapa aku sebenarnya?
Aku bukan artis!
Aku hanya gadis 21 tahun. Datang dari keluarga sederhana dan hidupku pun sederhana.

Dengan kemolekan tubuhku ini aku bisa menggaet orang kaya. Tapi aku tau diri, harta tak kan di bawa ke liang lahat.
Dan apa mungkin para lelaki akan setia kepadaku ketika aku sudah mulai keriput.

Apakah mereka masih terpuaskan ketika tubuh ini tak seindah sekarang?
Aku percaya, mereka hanya ingin nikmati tubuh ini. Bukan cintai aku sepenuh hati dengan segala kekurangan yang ku miliki.

Hingga suatu ketika dia muncul. Dia bak pangeran berkuda nan gagah. Yang akan membawaku ke istana nun megah disana.
Tapi apa dia akan terima aku bukan karena ingin menikmati tubuhku.
Aku tak ingin hanya menjadi pemuas birahinya.

Aku akan terimamu apa adanya, akan ku jaga cinta kita hingga ajal merenggut salah 1 dari kita, ujar pria gagah itu.

Senyum sumringah aku dibuatnya. Seakan ada taburan bunga dari angkasa. Akupun dibuatnya melayang.
Hingga akhirnya kuputuskan untuk mau bersanding bersamanya. Bukan istana megah memang,tapi cukup untuk lindungi kami dari kemurkaan alam.

Kami bahagia. Tapi ini hanya permulaan. Semua berawal dari sini. Dari kebersamaan yang kita jalani setiap detiknya.

Malam malam yang kami lalui bersama selalu indah. Ketika ia nikmati tubuhku. Bukan karena nafsu, tapi dengan segenap ketulusan cinta yang ia miliki.

Apakah benar ia mencintai aku?

Jawabannya mungkin ia, mungkin juga tidak.

Hingga suatu ketika hari kiamat tiba. Aku didiagnosis dokter mengidap kanker payudara. Tubuhkupun tak lagi sesempurna dulu. Kurus kering. Dada yang tak lagi membusung. Wajah cantikku pun hanya menyisakan kerut keriput.
Inginku menangis.
Aku sudah membusuk.
Aku digerogoti penyakit yang akan buat semuanya hancur.
Dan benar saja. Ia membawa selir selirnya kerumah. Dihadapanku ia bergumul. Penuh birahi. Seperti binatang yang dalam musim kawin. Desahan desahan ku dengar setiap malam. Menjadi tontonnanku setiap saat.

Aku juga ingin diperlakukan seperti itu. Aku wanita dan aku juga istrimu. Diranjang itu jua kau memerawaniku. Tapi apa? Sikapmu sebusuk bangkai anjing dijalanan. Bau, penuh belatung.

Apa ini cinta yang kau janjikan padaku?

Linangan air mata seakan tak bisa dibendung. Membasahi setiap inci tubuhku. Tubuh yang dulunya membuat semua pria ingin ber-onani.

Tak sanggup. Aku sungguh tak sanggup akan cobaan ini. Lebih baik mati ketimbang aku melihat binatang sepertimu hidup diduniaku. Toh aku juga mau mati. Mungkin tak lama. Lusa atau seminggu lagi. Sang dewa kematian akan menjemputku.

Aku minah. Aku bersumpah atas nama Tuhan dan Ibuku. Jika hendak aku mati nanti, aku tak ingin kau menyentuh tubuhku.
Demi Tuhan dan Ibuku, biarpun aku bersimbah darah jangan sekali kali kau mendekatiku. Atau kau akan mati. Di makan belatung atau di makan dosa dosamu sendiri.

-kutipan buku harian minah-




17.04.10.
Ketika cinta di khianati.

Memori.(Di Depan Gereja Itu)

0komentar
Pagi itu.
Kau masuki pagar. Meninggalkan dengan seutas senyum. Kau lepas genggaman tanganku. Kau berbisik,'aku hanya sebentar sayang,tunggu aku'. Kau menghilang di balik hiruk pikuk hari minggu di gereja tua itu.

Ketika itu.
Matahari yang terik. Kendaraan yang lalu lalang. Dan teriakan pedagang asongan yang menusuk kuping. Bau keringat bercampur dengan asap kendaraan yang hilir mudik di hadapanku. Bak setrikaan yang di gerakan ibuku dirumah. Ah,aku rindu celotehan ibuku.

Sejam yang lalu.
Kau masih memelukku. Memberi kehangatan di pagi yang membeku. Kau tak lepaskan tanganmu. Dan akupun tak ingin lepaskannya.

Gelisah.
Ketika waktu terus berputar. Kau tak kunjung keluar. Jantung berdegup kencang dan keringat dingin bercucuran. Sementara perutku mulas diantara otakku yang sedang memikirkan keadaanmu. Aku khawatir sayang,kau begitu lama di dalam. Gumamku dalam hati.
Tapi kau sedang berdoa,melakukan ibadahmu. Aku kan sabar disini. Di depan gerbang gereja tua yang tampak kusam dari luar. (aku tak tau tampak dalamnya,karena aku belum tapakkan kakiku disana.)

2 jam berlalu.
Aku semakin gelisah. Pikiranku macam macam. Apa kau baik baik saja? Apa kau pergi,tinggalkan aku sendiri disini? Hanya seutas senyuman yang kau tinggalkan untukku.

Kau kembali.
Di tengah kekacauan di depan gereja. Orang orang sibuk memindahkan mobil dan motornya. Tapi aku bisa melihatmu dengan jelas. Atau aku bisa rasakan jika kau sudah mendekat.

Kau tersenyum kembali. Sembari melangkah dengan wajah merona. Kau tampak bahagia sayang. Raut wajahmu sungguh bahagia.

Kau pun kembali meraih tanganku. Menggenggamnya erat. Hangat memang. Atau entah tanganku yang kedinginan.

Maaf,lama ya? Kau berucap.
Aku hanya menggelengkan kepala. Tapi sesungguhnya aku tak rela jika kau tinggal terlalu lama.


Di atas kasur usang.
13.04.10.

Ku tak kan lupakan tentang gereja itu. Senyum manismu itu selalu ku kenang.

Di sudut kantin.(apa mungkin aku terkenal)

0komentar
Wanita di sudut itu kawan.
Kerlingan matanya buat semua lelaki jatuh dalam buainya.
Bulunya matanya lentik.
Berkedipkedip tapi tak binal.

Iya.
Ku akui aku terpana melihatnya.
Tapi tak hanya aku.
Lihat!
Semua mata lelaki yang ada di kantin ini tertuju pada seorang wanita manis berkulit kuning langsat,pipi berpendar merah dan kerlingan mata yang menawan.

Dia begitu memukau semua insan.
Semut yang kecil itupun berhenti berciuman dengan sesamanya hanya karena ingin mendekati dan menyentuh bidadari itu.

Shit!
Aku dikalahkan semut yang se-upil itu.

Kantin kumuh ini berubah jadi taman bunga.
Itu karena dia.
Dia bawakan harum berjuta bunga.
Taburkannya di setiap sudut kantin penuh sesak,kumuh,bau peluh.
Bahkan curut pun juga jadh pelanggannya.

Dia sendiri.
Sendiri menguyah chitato di sudut kantin kampus ini.

Tak ada yang mendekatinya.
Kecuali semut!

Huh.
Diriku sungguh tersiksa.
Terpenjara diantara keberanian dan kepengecutan yang ku punya.

Sudah sejam aku perhatikan dia.
Makananku dihabiskan lalat.
Mataku tak bisa lepas dari dia.

Hening tapi tak mencekam.
Degup jantung terasa semakin kencang.
Berguncang bak gempa bumi.
Luluhlantakkan diriku ini.

Apakah ini jatuh cinta pada pandangan pertama?
Atau hanya aku kagum semata?

Ups...
Dia tau aku memperhatikannya.
Dia tau aku mencuri pandang padanya hingga makananku dihabiskan lalat yang lahap karena kelaparan.

Hening mulai mencekam.
(bukankah di kantin ini ramai? Mengapa terasa hening?)
darahku membeku.
Semua fungsi organ vital tak bekerja.

Aku mati suri kawan!

Aku tak sanggup lagi tuk memandangnya.
Aku takut jika ia menghampiriku menampar atau menyiramku dengan teh botol yang ada di genggamannya.

Aku tertelunduk.
Diam membatu.

Aku tersentak.
Sebuah tangan menepuk pundakku.
'hey,kamu andi kan?'
suara merdu terdengar.
Jantungku berdegup tak karuan.
Siapa orang dibalik suara merdu ini?
Sementara pandanganku terpaku di sudut kantin dan menyadari bahwa dia menghilang.

Janganjangan dia dibelakangku' racauku dalam hati.

Aku menjawab dengan gagap,membalikan badan dan melihat yang mpunya suara.
'iya,aku andi,dan..'
bibirku di tutupnya dengan telunjuknya.
Bisa kurasakan halus jemari dan wangi kulitnya.

Sst..jangan banyak bicara. Aku tau kau perhatikanku sedari tadi. Dan aku tau kau andi. Mahasiswa jurusan arkeologi yang tersohor seantero kampus. Siapa yang tak kenal kamu?
Dia mengoceh dengan jarak hanya sejengkal dari tubuhku.

Aku tersenyum.
Bukan senyum bahagia.
Aku bingung.
Sejak kapan aku punya penggemar?

Ah persetan.
Dia manis nan cantik.
Apa salahnya aku dekati dia?

Mau kah kau makan semeja denganku? Ajaknya penuh senyum.

Aku menganguk layaknya kerbau yang di cocok hidungnya.

Kamipun semeja.
Makan bersama.
Hingga senja mencekam.
Namun aku masih bingung.

Aku ini siapa?
Sehingga seorang wanita cantik mau bersanding denganku disini.
Meski hanya semeja berdua.
Bercengkrama meski aku tak tau siapa dia sebenarnya.


Di sudut kamar usang.
12.04.10.

Apa mungkin aku terkenal?

Ketika di Taman Ini.

0komentar
Iya.
Di taman ini kita pernah bersama.

Dan.
Di taman ini kau perawani bibir ini.

Ketika detik itu.
Lembayung jingga menghiasi langit.
Perlahan bintang mulai bangun dari istirahatnya.

Kita berdua.
Duduk bersama.
Berpeluk hangat.
Memberi kecupan penuh cinta.

Ingat.
Ketika senja itu kau perawani bibirku.
Di taman.
Di depan pancuran ini.

Burung burung bernyanyi.
Bermain air, dan apa mereka menonton kita?

Ah sudahlah.
Itu hanya burung.

Di bangku di taman penuh bebunga.
Yang mekar bak musim semi.
Guratan bahagia tersirat di wajahmu.
Kau katakan, 'aku sayang kamu'.

Itu ketika kita lewati senja penuh warna bersama di depan pancuran disaksikan burung yang bernyanyi dan mencelupkan tubuhnya ke air.

Ingat itu sudah dulu.

Sekarang.
Kau menghilang.
Membawa segenap angan kita bersama.

Kau pergi membawa sejuta kasih yang ku berikan disetiap kecup mesra dikeningmu.

Kau berlari setelah kau perawani bibir ini.

Apa hanya sampai disitu arti kata sayangmu padaku?

Linangan air mata tak'an bawa kau kembali lagi kemari.
Tak'an membawa kembali ke taman dimana kita memadu kasih bersama.
Dimana semuanya menjadi indah.

Bayanganmu pun tak'an tampak di hadapanku saat ini.

Apa kau takut?
Takut tlah buat ku sakit?
Takut jika aku kan menamparmu?
Menyiramkan air di wajahmu?

Mana semua janji manis tentang masa depan kita bersama?

Kau bawa semuanya.
Separuh nafasku yang kau hiruf dulu.
Darah darahku yang tlah jua mengalir di nadimu.

Aku layaknya mayat hidup.
Semua hidupku ada padamu.

Jika kau mendengarkan pintaku.
Tolong kembalikan jiwaku.
Meski hanya terucap kata maaf dari mulutmu.
Meski kau tak'an kembali dalam dekap hangatku.


08.04.10.

Semua darimu hilang.
Purnama pun tak'an bisa hadirkan bayanganmu.

Jadi bintangmu.

0komentar
Ketika itu kita terdiam berdua. Pandangi sejuta bintang diangkasa. Ketika itu kau menunjuk keaatas. Menunjuk ke 1 bintang yang paling terang. Bintang terindah yang pernah ku lihat.
Kau inginkan bintang itu. Kau ingin aku menggapainya untukmu.

Tapi.
Maaf, ku tak kan bisa menggapai bintang itu. Terlalu tinggi. Terlalu mustahil.

Aku tak takut ketinggian. Tapi biarkan aku jadi bintang dalam hidupmu. Menjadi lentera yang mampu terangi setiap malam malam kelammu. Relakan aku jadi bintangmu. Aku takkan biarkan kau larut dalam kegelapan.
Secercah sinarku takkan kalah akan sinar bintang yang kau tunjuk. Kan ku biaskan cahayaku ke setiap penjuru duniamu.

Apakah kau masih inginkan bintang itu? Ketika ku kan bersedia jadi bintang hidupmu?


Ubud.
6.4.10.

Malam berjuta bintang. Dimana bintang jatuh itu? Aku ingin ucapkan 1 permintaan, tentang aku dan dia.

Bebas.

0komentar
Siapakah engkau?
Duduk terdiam di tangga depan surau itu.

Kakimu mengglayut.
Seirama gemericik air hujan yang jatuh dari langit.
Menerpa genting lalu hentak'an bumi.

Aku kehujanan, bolehkah aku berteduh?
Aku bergumam dalam hati.

Ah sudahlah.
Aku sudah basah kuyup.
Ku beranikan tuk berteduh di surau itu.

Dia.
Dia tetap membisu.
Hanya kaki mengglayut.
Bermain air.

Wajahnya tak tampak.
Dia berjilbab putih.

Tuhan.
Inikah malaikatmu?

Tapi aku belum menatap wajahnya.

Kilat mulai mencabik cabik kulit langit.
Dengan kuku kuku tajamnya.
Ia tetap disana.
Membisu seperti tadi.

Aku hanya terdiam.
Sembari hangatkan badan.
Ku usap usap kedua telapak tanganku.

Kenapa ia tak bergerak?
Pikirku.
Apa dia orang gila?
Atau aku yang penasaran hingga kegilaanku muncul?

Logika mulai tak berjalan.

Ku beranikan diri tuk duduk menghampirinya.

Jarak kami cukup dekat.
1 meter mungkin.

Dia tetap membisu.

Aku pun mengikuti gerak kakinya.
Bermain dengan air.


Apa apaan ini?
Aku benar benar gila!

Kepalanya mulai bergerak.
Seirama dan matanya menatapku.

Sial!
Dia memandangku.
Sekarang aku yang membatu.

Wajahnya cantik.
Dia benar benar bidadari kiriman sang pencipta.

Aku rapuh.
Lemas.
Tak mampu berkutik.
Saraf saraf tak berfungsi lagi.
Jantungku tak sanggup memompa darah ke seluruh tubuh yang penuh daki ini.

Ah sudah.
Tujuanku disini hanya berteduh.
Tapi aku penasaran akan dia.

Ini sudah 1 jam.
Dan kami masi diam seribu bahasa.

Ok.
Aku kan bertanya.
Tapi menanya apa?

'Nona,kenapa kau gerakan kakimu,bermain dengan air?'. Akhirnya aku bertanya.(yesss)

Dia kembali menatapku.
Tersenyum.
Bibirnya mulai bergerak.
'Air bisa tenangkan jiwaku mas,tak ada lagi kebohongan ketika hujan menghujam setiap lekuk tubuhku'.

Gadis itu berlari.
Di depan surau ia kehujanan.
Tertawa bak orang gila.
Menangis seperti bayi yang baru di lahirkan.

'Aku ingin bebas.
Lepas dari segala belenggu yang selama ini menyiksaku.
Terimakasih Tuhan,kau tlah turunkan hujan untukku'.
Ia berteriak.
Ia menangis.

Aku tak berani hampirinya.
Aku terdiam.
Menatapnya.
Menatap seorang gadis mungil.
Bidadari kiriman Tuhan.
Dapatkan kebebasan yang ia cari.

Sunday, April 4, 2010 at 9:44pm

hidupkan aku kembali.

0komentar


Dan bila.

mulut mulai mem-batu tak mampu bergerak.

tubuh ini tak dialiri darah lagi.

ketika itu yang ku inginkan hanya kau.


ku ingin kau hidupkan aku kembali.

hidupkan aku dari kematian yang sesaat ini.



2.04.10
di atas ranjang usangku.

Jalan tak bernama.

0komentar
Di penghujung jalan tak bernama ini.
Dua sejoli bergandeng tangan bersama.

Setiap senja.
Meski terik.
Walau gerimis.
Tangan mereka tetap terbelenggu.

Ketika itu musim gugur tiba.
Dedaun bertaburan hiasi jalan panjang itu.
Bebunga tak lagi mekar.
Hanya terjatuh, hiasi setiap langkah yang mereka lalui.

Angin.
Hembuskan setiap nafasnya.
Menggugurkan bebunga nun indah itu.
Semakin ia mendesah.
Bebunga semakin semarak hiasi jalanan tak bernama.

Hanya mereka.
Hanya mereka yang senantiasa lewati setiap inci jalanan tak bernama itu.

Sudah berapa musim gugur terlewati.
Entah berapa banyak bunga yang gugur.

Mereka tetap lewati jalanan ini.
Berpegang tangan.
Peluk mesra.
Terkadang kecupan melayang di kening sejoli yang tak terpisahkan.

2.4.10.

Jalanan ini memang tak bernama. Tapi jalanan ini penuh makna. Terserah kau mau katakan apa.

Di setiap musim gugur. Dedaun mulai berjatuhan. Bunga bunga tak lagi betah di tangkainya. Ketika itu kau akan tau (si) apa jalan ini.

Dimana cinta kita sayang?

0komentar
Ini hujan yang sama.
Hujan yang dulu pernah warnai hari hari kita berdua.
Aku tak'an pernah lupa.
Tak'an pernah sirna dari ingatanku ini.

Ketika itu.
Sang surya tlah terlelap.
Langit di taburi jutaan bintang.
Berkelip indahkan malam.

Ketika 10 tahun yang lalu.
Kau rangkul tubuhku.
Tubuh kecil dan lemah ini.
Kau gendong dan bawaku kesini.
Disini diruangan dimana kita bercumbu untuk pertama kalinya.

Ketika itu.
14 februari 1995.
Itu malam pernikahan kita.
Malam yang melelahkan.
Tapi cinta penuhi seisi ruangan ini.

Iya.
Itu malam pertama kita.
Malam dimana kita memadu kasih.
Lepaskan hasrat.

Dunia hanya milik kita.
Di ranjang besar.
Berkelambu emas.
Bertburkan bunga mawar merah.
Semerbak harum.

Ketika itu.
Tepat jam 10 malam.
Kau mengucap janji setia.
Bersumpah demi Tuhan.
Bersumpah di bawah nama ibumu.
Kau tak'an tinggalkan aku.

Kau belai setiap lekuk tubuhku.
Kau kecup.
Terbangkan aku hingga langit ke tujuh.

Ah...
Betapa nikmatnya malam itu.
Kau curahkan seluruh kasih sayangmu padaku.

Tapi.
Itu 10 tahun yang lalu.
Dan sekarang semuanya berbeda.

Hujan yang turun berbeda rasa.
Desahan angin tak lagi sejuk'an hati.

Apa yang terjadi?
Apa?

Apakah kasih sayangmu tak seperti dulu lagi?

Apakah 10 tahun tlah buat cintamu padaku kadaluarsa?

Uh....
Ku rindu belaianmu ketika itu.
Ku inginkan kecupan yang seperti dulu.

Meski tak diranjang yang sama.
Dan waktu yang tlah berjalan.

Mungkinkah cintamu tlah terkikis oleh waktu?

Ku tak temukkan senyumanmu di kamar ini.
Desahan desahan kita tak terdengar lagi.

Aku di tertawakan tembok tembok putih ini.
Semuanya membisu.
Semuanya membatu.
Ketika ku tanyakan pada mereka.
'Dimana cinta aku dan dia?'.
'Kemana ku harus mencarinya lagi?'.

Dia masi ada.
Dia masi makan sarapan yang ku sajikan.
Kami masi tidur bersama.
Tapi semuanya tak seperti dulu.

Dimana janji setiamu padaku?
Sumpah setia atas nama Tuhan dan orang tuamu?

Apa yang salah denganku?

Iya.
Sekarang aku renta.
Aku mengidap penyakit.
Aku jalang.
Aku tak bisa puaskan hasratmu.
Tapi haruskah seperti ini?

Apakah kau masih cintaiku?

31.03.10.

Haruskah secepat itu cinta ini kadaluarsa?
Haruskah semuanya dengan cepat terkikis oleh waktu?

Cintaku tak'an pernah lekang oleh apapun.

Dari : cinta seorang istri pada suaminya.

Purnama tak seperti itu.

0komentar
Kenapa dengan malam ini?

Hening tak lagi terdengar.
Desah malam tak jua memggoda.

Apa yang salah dengan malam?

Bukankah kini purnama?

Bulan bersinar terang.
Menyingkap setiap kegelapan yang ada.

Tapi kenapa dengan bulan?
Cahayanya tak seterang biasanya.
Diapun serasa kehilangan nuansa romantisnya.

Aku terdiam menatap bulan.
Aku tak gila!
Hanya ingin nikmati keindahan dewi malam.
Menjamah setiap lekuknya dengan mataku.

Tapi, apakah ia benar benar indah?

Apakah aku yang tak bisa menikmatinya?

Denpasar.
29.03.10.

Ku ragu. Apakah bulan itu indah? Tapi ini purnama,sayang.

Diterbangkan kekunang.

0komentar
'ikuti arus ini',kata seorang tua.
Ketika ku mulai langkahkan kaki di penepi sungai jernih ini.
Riuh terdengar.
Gemericik air beradu dengan hembusan angin.

Ku melangkah tiada henti.
Ku mencari hulu sungai ini.

Berjam jam.
Apa aku yang tak sabar?
Atau tetua itu menipuku?

Iya.
Ia janjikan aku kan temukan indahnya alam disana.
Tapi dimana?
Katanya itu lebih indah dari dunia surgawi.
Tapi apa?
Aku tak temukan apa pun.

Hingga senja mulai mewarnai bumi.
Langit jingga merekah di ufuk barat.
Ku tetap melangkah.
Tujuan ku sama.
Tapi aku tak tahu dimana kan ku temukan tujuanku itu.

Air mulai tenang.
Siulan burung tak lagi terdengar.(apakah tadi aku mendengarnya?)
angin yang sedari tadi meniup niup tubuhku.
Tak bisa ku rasakan.
Apa aku mati rasa?

Di depanku hanya terpampang kabut.
Dikala malam mulai tiba.
Tak ada bintang.
Tak ada bulan.

Aku teringat akan kata kata orang tua tadi.
'Jalanlah hingga kau raih hulunya,jangan pernah kau membatalkan perjalanan ini.'

Sumpah.
Aku dibuatnya mati penasaran.
Ku terobos kabut itu.

Ah...
Tak ada apa apa.
Tai pun tak ada.

Aku lelah.
Ku rebahkan badanku.
Mataku tak mampu terpejam.

Samar samar aku mendengar suara jangkrik.
Mereka bernyanyi.

Diatas sana.
Ratusan bahkan ribuan kekunang terbang.
Apa ini keindahan yang dimaksud?

Gelapnya malam begitu terasa terang.
Tubuhku tak bergerak.
Matakupun mulai terpejam.

Bukan tidur.
Hanya ingin menyatu dengan semua.

Tubuhku terasa tak menyentuh tanah.
Apa kekunang itu menerbangkanku?

Duhai...
Inikah yang dikatan orang tadi?

Tak menyesal memang.

Mungkin inilah surga yang sesungguhnya.
Menyatu dengan alam.
Merasakan setiap desahannya.

28/03/10.

Terpejam ku nikmati malam.
Kekunang terbangkan aku. Sayup sayup angin hantarkan ku jua ke surga yang sesungguhnya.
Duhai nikmatnya.

Aku menidurinya!

0komentar
Friday, March 26, 2010 at 9:40pm

Shit....!
Aku menidurinya.

Aku malu.
Aku telah buatnya kecewa.

Lidahku seketika bertulang.
Tulang tulang ku tak sanggup lagi menopang tubuh hitam gempal ini.

Aku benar benar salah.
Aku telah meniduri dia.

Dia.
Bidadari yang selalu kudamba.

Apa aku salah menidurinya?
Bukannya itu ungkapan rasa sayangku padanya?

Aku tak ingin dia pergi.

Maaf kan aku sayang.
Jika aku tlah buat kau hancur.
Meneteskan air air yang jernih dari matamu yang indah itu.
Kan ku pinjamkan kau lenganku.
Akan ku berikan engkau pelukan terhangat yang ku punya.

Maafkan aku sayang.

Tapi.
Aku tetap penuh dosa.
Telah berani menidurinya.

Arrrrggghhh....
Apa yang harus ku lakukan untuk memutar waktu lagi?

26/03/10
aku tlah bersalah.
Pintu neraka terbuka lebar untukku.

Kesempurnaan malam.

0komentar
Wednesday, March 24, 2010 at 10:34pm

Beriak air ku dengar riuh.
Lantunkan sejuta symphoni yang iringi malamku.

Lagi.
Malam ini tak ada bintang yang bersinar.
Tak ada bulan yang tersenyum.

Langitku kelam.
Apa kau kantongi semua pernak pernik angkasa?
Apa kau curi semua keindahan itu?

Jika iya.
Ku ingin kejar dirimu.
Ku kan rebut kembali seisi angkasa.
Kan ku hiasi dinding rumahku dengan itu semua.

Mereka akan terangi setiap malamku.
Setiap ku rebahkan badan yang lusuh ini di ranjang reot.

Ku tak ingin kesempurnaan malam dicuri oleh dirimu.

Namun.
Jika kau tanyakan aku,'tidak kah kau kesepian nikmati semua?.

Sontak ku kan terdiam.
Mulutku kaku beku tak bisa bergerak.

Iya mungkin aku bodoh.
Aku egois.
Hanya nikmatinya sendiri.

Kan ku bagi sempurnanya malam dengan seseorang.
Dengan dia.
Dia yang ku cinta dan ku sayang.
Dia lah bidadari yang mengambil sebagian hatiku ini.

Dan dia.
Hanya dia.
Tak ada yang lain.

24/03/10

Kematian = abadi.

0komentar
Tuesday, March 23, 2010 at 1:21pm

Semuanya akan mati.
Semuanya akan kembali ke pangkuan sang pencipta.

Aku.
Kamu.
Dia.
Mereka.
Tumbuhan.
Binatang.

Semuanya akan mati.
Tak satupun akan luput dari kematian.

Dibunuh atau terbunuh.
Sakit atau disakiti.
Tak ada yang tahu kapan kita kan mati.
Tak ada yang tau bagaimana kita kan berpulang.

Inilah bagian dari hidup.
Lahir,muda,tua dan Mati.

Yang abadi hanyalah kematian.


23/03/10.

Selamat malam dunia.

0komentar
Sunday, March 21, 2010 at 10:29pm

Mari.
Kita tengadahkan badan di atas padang hijau nan empuk ini.
Rentangkan seluruh badan ini.
Rasakan suara angin.
Bersatu lah dengan bumi.

Bintang kemintang memayungimu.
Bulan akan setia tersenyum untukmu.

Rasakan.
Ketika angin berhembus,menjamah setiap lekuk tubuhmu.

Bersatulah dengannya.
Pejamkan matamu.
Dan dia akan memelukmu.

Bulan kan tersenyum.
Ketika malam itu kau bersatu dengan ibu bumi.
Ketika jiwa bisa merasakan hembusan angin malam di padang nun hijau.

Semua sungguh sempurna.
Ibu bumi menjadi ranjang emasku.
Angin kan peluk diriku.
Dan gemerlap bintang kan menyelimuti tubuhku ini.

Selamat malam dunia.
Semoga kau mimpi indah.


21/03/10
di suatu malam.
Di saat alam mulai merintih kesakitan.
Kapankah kita kan sadar?

Seperti perahu kertas.

0komentar
Wednesday, March 17, 2010 at 5:52pm

Buatkanlah aku perahu kertas.
Ingin ku hanyutkan segera.
Ingin ku penuhi perahu itu dengan sejuta anganku.
Akan penuhi setiap celah di perahu itu dengan cita-citaku.

Ku ingin hanyutkan segera.
Agar dia segera menuju lautan lepas.

Bebas.
Dia akan bebas mengarungi lautan.
Meski berjuta angan dan cita-cita memenuhi setiap celah yang ada diperahu itu.

Ku ingin perahu itu mengarunggi 7 lautan.
Menapaki setiap tempat terindah di bumi ini.

Biarkan angin hantarkan dia ke peraduan sang surya.
Di penghujung cakrawala ini.

Biarkan ia bebas mengarungi lautan.
Tak kenal duka maupun suka.
Tak peduli dek dek yang mulai berlubang dan bocor.
Biarkan ia kejar tempat sang surya.

Bebas.
Tanpa batas.
Iya,aku pun ingin seperti dia. Mengejar setiap angan dan cita citaku.
Meraih semuanya. Tak kan menyerah.

Di antara pohon dan jendela tua. (aku bukan pengecut)

0komentar
Monday, March 15, 2010 at 12:19pm

Dari jendela yang usang ini. Dari kaca yang sudah retak dimakan waktu semua tertuju pada sebuah pohon rindang nan hijau itu.
Besar memang,mampu teduhkan kita dari terpaan sang surya.
Dari celah kecil dibalik jendela ini ku melihat sebuah senyuman. Mungkin itu yang terindah,ketika sekumpulan orang bercengkrama larut dalam canda tawa berpayung pohon tua nan besar itu.

Apakah ia tau aku mencuri pandang,mencari celah sempit di jendela tua ini hanya untuk melihat senyumannya itu?
Kaki ini terasa lumpuh,tak mampu bergerak. Apalagi mulut ini,terdiam dan tak kan mungkin bisa berujar jika aku hampiri dia dan tanyakan siapa kau yang sebenarnya. Yang bersembunyi dibalik senyum indah itu.

Ah... Sudahlah. Cukup dari sini aku pandangi. Cukup dari sini aku berkenalan dengannya. Tapi bagaimana caranya?

'Dasar tolol!',hati kecilku berucap. Hampiri saja dia,jangan kau sia siakan!
Tapi aku ini pengecut,tak berani hampiri putri secantik dia.

Masih dibawah pohon rindang,tua dan besar itu. Masih dengan riuh,gelak tawa dan canda para manusia menghiasinya. Dia pun memandang kearah jendela usang yang hampir habis dimakan rayap itu. Memelototi setiap celah yang mampu ia jamah.
Apakah ia tau aku dibalik jendela itu?
Aku takut,aku takut jika ia menghampiriku dan memergoki aku yang pengecut ini menatapnya. Apa dia akan menamparku? Menghujatku dengan kata kata kotornya,atau akan meludahi ku?

Sontak saja aku bersembunyi,menundukan badanku dari jendela itu.
Cukup lama aku bergulat dengan hati dan otakku yang aneh ini.
Haruskah aku hampirinya ato hanya cukup pandanginya?

Dasar!!!
Betapa pengecutnya aku ini.

Ketika ku beranikan kakiku tuk bergerak,berdiri dan siap untuk menikmatinya lagi. Tapi riuh yang sedari tadi menghilang.
Iapun menghilang,tanpa sisakan senyuman ataupun bayangan indah tentangnya itu.

Pohon itu menjadi saksi kepengecutan ku.
Pohon itu tertawa. Jendela yang termakan rayap menghujatku.
Anginpun serasa ikut meludahi ku.

Aku pengecut!!!

Hampir setiap hari ku sambangi jendela itu.
Namun ia tak kunjung tiba.
Hingga ku beranikan diri tuk berteduh di pohon yang dulu tertawakan aku.
Sejam,dua jam,tiga jam.
Sehari,seminggu dan akhirnya sebulan berlalu.
Dengkingan sirine ambulance kagetkan aku, foto sang putri pujaan hati tergantung di depannya. Melingkar sebuah karang bunga.
Dia telah pergi,bawa senyuman,tawa candanya yang selalu buatku tersenyum di balik jendela tua.

Namanya nina.dia meninggal karena serangan kanker ganas di payudaranya.

Tapi kenapa aku harus tau namanya sekarang? Tidakkah semua itu sia sia?

Dia pergi membawa senyuman itu.
Biarkan jendela,pohon dan angin menjadi kenanganku tentangnya.

15 Maret 2010.

Aku bukan pengecut,tapi hanya malu.

Ku selalu ingat.

0komentar
Sunday, March 14, 2010 at 6:33pm

Jika kau pertanyakan apa yang ku ingat dari dia,tak cukup sejuta kata untuk ungkapkan semua itu.

Ku ingat senyumannya.
Ku ingat sentuhan lembut dipipiku ini.
Ku ingat ketika malam mulai mencekam dia memelukku erat.

Ku ingat akan kecupannya tepat dibibir ini.
Ku ingat genggaman tangannya.
Begitu hangat,terlalu sayang untuk dilepas.

Ketika kau mulai bertanya (lagi),apa yang kau ingat dari tambatan hatimu yang slalu kau puja itu?
Keringpun mulut ini tak kan bisa ungkapkan semuanya.


Aku ingat ketika ia menyuapiku mesra.
Aku ingat ketika ia mengucap kata sayang dihadapanku.

Ku ingat semua tentangnya.
Tak ada setitikpun darinya yang terlupakan ataupun terbuang.

Dia yang kucinta dan kudamba.
Dia yang ku sayang takan terlupakan.

Hanya dia.
Tak ada yang lain.

14/03/10

ketika semua ingatan di otakku tentangnya muncul. Datangkan rindu yang buat badan ini kaku.
Tak bisa bergerak,mati rasa.
Hanya bayang-bayangnya yang ada dihadapanku.

Kunang-kunang tak sesempurna bintang.

0komentar
Thursday, March 11, 2010 at 8:43pm

Tuntunlah aku teman.
Dari gelapnya malam yang semakin kelam.
Hanya kau yang berikan cahaya itu.

Beterbangan.
Hiasi malam.
Saingi gemerlapnya sang bintang.

Iya
kau memang tak seindah bintang disana yang bersinar abadi tiada henti.
Kau bisa mati.
Sewaktu waktu cahayamu akan redup dan kelam malam akan menyelimuti jiwa ini lagi.

Memang kau tak abadi.
Tapi kau berikan yang terbaik dari dirimu yang indah itu.

Kau bercahaya.
Terangi kelamnya malam yang semakin gelap mencekam.

Kau temanku.
Wahai kunang-kunang.
Kerap kali kau hadirkan pelita bagi setiap insan.
Meski tak sesempurna bintang.
Setiap kau hadir disuatu malam semuanya jadi begitu indah.

11/03/10
hidup seperti kunang-kunang. Meski suatu saat kau akan mati,namun berikanlah yang terbaik yang kau bisa.

Aku hanya 'pelacur' II

0komentar
Monday, March 7 2010 at 8:25pm

Lihat...
Pangeran berkuda itu hampir tiba.

Terdengar hentakkan sepatu si kuda putih itu.

Dia akan muncul dari ufuk barat.
Ketika sang surya akan kembali ke peraduannya tercinta.

Dengan gagah.
Dengan jubah ksatria yang berkilau.
Dengan pedang,yang akan dia gunakan tuk lindungi diriku.

Tapi apa dia akan benar benar datang untuk menjemputku?
Membawa ku pergi untuk menuju kehidupan yang baru.
Jauh dari kesuraman dan belenggu dosa.
Jauh dari bayang neraka yang sudah menjadi bagian hidupku.

Aku ini pelacur.
Aku ini kotor.
Penuh dosa.
Sisa sisa sperma itu belum bersih benar.

Tapi aku ingin dia.
Ingin dia ajak ku pergi ke taman yang indah.
Penuh akan bebunga yang menawan.

Menghabiskan hari bersama. Merona penuh cinta.

Ubud.
08/03/10.

Tunggu...
Sebelum dia tiba,inginku bersihkan tubuh ini segera. Dibawah guyuran hujan yang begitu riuhnya menghujam bumi.

aku hanya 'pelacur'

0komentar
Wednesday, March 3 2010, at 8:22pm

iya, tubuhku berbalut birahi yang tinggi.
semuanya tak terkendali.
cucuran sperma selalu menghiasi tubuhku yang indah ini.
tak kurang 20 lelaki menyetubuhi aku setiap harinya.

aku haus kepuasan.
aku haus kenikmatan.

mereka semua tak ada yang mampu buat ku terbang.
buatku melayang.

apa ada yang salah denganku???
apakah salah jika aku ingin mencari sebuah kenikmatan?


adakah yang bisa beri aku kenikmatan surgawi yang bisa buatku terbang hingga langit ketujuh?

aku pelacur......
aku hina.....
aku wanita penuh maksiat....
tapi apa ada yang peduli akan jiwaku yang rapuh in?
ingat aku hanya ingin kepuasan!

akankah hadir seorang pangeran yang bisa hadiahkanku kenikmatan itu?

tapi aku kotor...
aku terlalu kotor untuk ia dekati...
apa yang harus aku lakukan sekarang?

ambilkan aku air suci!!!
basuh aku!!!
mandikan aku dengan kembang tujuh rupa!!!
atau air susu???

aku ingin bersih.
sebelum ia datang menghampiriku.
menjemputku dan menaikkan diriku diatas kuda putihnya yang perkasa.

tapi apa mungkin aku kan bersih?
dengan jiwa yang sekotor ini.
badan berlumuran sperma.
sukma yang terhujam dosa.

aku hanya wanita kotor, berlumuran sperma, penuh dosa.
hanya bayang- banyang neraka yang menemaniku.

ubud.
03/0310

Coklat.

0komentar
Wednesday, March, 3 2010, at 12:22am

Masukkan beribu batang coklat ke dalam rongga mulutmu!
Rasakan manisnya!
Nikmati pahitnya!
Telan semua!
Jangan kau sisakan!
Biarkan liurmu menetes keluar,kau harus tetap menelannya.
Ayo cepat habiskan!

Kau yang sudah diberi berkah untuk menikmatinya.
Kau bagian dari orang beruntung yang mampu masukkan coklat ke rongga mulutmu.

Adakah di benakmu tuk bagikan itu kesemua orang?
Agar semua bisa nikmati lezatnya batangan batangan nan menawan itu?!
Jangan egois.
Jangan serakah.
Mungkin sekarang Tuhan berikan nikmat ini sesaat.
Berbagilah!

*ps: aku tak mengerti apa yang aku buat ini*

Dimana kau cinta?

0komentar
Monday, March, 1 2010 at 9:55pm

Dimanakah kau cinta?
Apakah:
Dikantong celanaku?
Di d0mpetku?
Di tasku?
Di lemari besi itu?
Di bawah bantal?
Atau di kolong kasur usang ku?

Dimana kau bersembunyi?

Apa perlu ku obrak abrik se-isi dunia tuk dapatkanmu?

Dimana kau wahai cinta?

Di pojok itu tak ada.
Di pohon tempatku berteduh tak mungkin.
Kau menghilang kemana?

Dilangit ke tujuh kah?

Atau kau hanya bayang semu dari indahnya dunia?

Ku telanjangi diriku.
Mencarimu keseluruh bagian tubuhku.
Ketiak.
Hidung.
Telinga.
Mulut.
Pantat.
Dimana sesungguhnya kau bersembunyi?

Hingga ku robek dadaku.
Mencarimu dihatiku.
Tapi tetap saja tak ada.

Dimana kau?

01/03/10
ketika seseorang mencari cinta.

Bumi murka.

0komentar
Sunday, February 28, 2010 at 9:21pm

Apakah alam akan murka lagi?

Bumi sudah mulai retak.
Langit sudah bergemuruh.
Layaknya genderang perang yang di tabuh bertalu talu.

Kilat iringi semuanya.
Beri peringatan agar kita waspada.

Apa bumi marah?

Bumi berguncang.
Gelombang melahap apa yang ada.
Angin hancurkan segala.

Tak sisakan apa.

Kemana kita harus sembunyi?

Matahari tak tersenyum lagi.
Sang dewi malam enggan tebarkan pesonanya.
Apa yang akan terjadi?

Awan berhenti menari.
Sang bintang enggan tuk berkelip.

Apa bumi ini murka?

Kemana kita kan berlari ketika bumi tak lagi menjadi sahabat kita?

Sang bulan.

0komentar
Friday, February 26, 2010 at 6:52pm

Malam nan terang.
Mengiringi setiap lantunan indah di balik semak.
Mereka bernyanyi.
Saling bersautan.

Diatasnya terpampang bentuk sempurna sang bulan.

Apa kau tau siapa bulan itu?
Iya, seorang kawan berbisik padaku bahwa bulan adalah jelmaan putri cantik yang hidup dilangit.
Akupun seolah tak percaya.
Apakah ada kehidupan lain dibumi ini?

Ketika ku mulai pandangi setiap lekuknya, aku mulai bertanya lagi; apa yang ia rasakan disana?apa yang ia harapkan dari atas langit nun jauh disana?

Anginpun menjawabku; ia hanya inginkan setiap manusia bahagia,tak lebih dari itu,ia hanya ingin menerangi setiap malam yang kita lalui.

Sungguh mulia dirinya.
Senantiasa bersinar untuk kita.
Apa salahnya kita tersenyum menatap dirinya yang begitu indah.
Menikmati siraman cahayanya yang begitu terangi jiwa.

26/02/10

sendiri ku pandangi sang rembulan,ingin ku gapai dan ku hadiahkan pada ia sang kekasih hati.

Kotor-menjijikkan.

0komentar
Wednesday, February 24, 2010 at 4:28pm

Tubuhku bau.
Menjijikkan.
Apa Aku berlumuran tai?
Bukan...
Ini bukan tai.
Ini lebih kotor dan menjijikkan.
Kau basuh dengan kembang tujuh rupa pun tak kan ilang.
Atau kau guyur diriku dengan setangki air, juga tak berpengaruh.

Kotor dan menjijikkan.
Inilah sang pendosa yang tubuhnya berbalut dosa.
Sang pendosa yang kotor,bau dan menjijikkan.

24/02/2010

Ter-gila - gila.

0komentar
Tuesday, February 23, 2010 at 9:29pm

Iya...
Kau renggut segalanya.
Diriku bahkan hidupku.
Tak bisa kupungkiri tanpa mu hidup ini tak'an pernah pernah berarti.

Aku terbuai akan itu.
Terbuai senyum yang tersunging manis di bibir merah itu.
Terbuai kasih sayang yang selalu kau beri untukku.

Aku tergila gila akan mu.
Aku jadi gila.

Tanpamu aku mati.
Mati rasa.
Mati segala.

Kau ambil semua.
Hatiku dan hidupku.

Ku jadi milikmu dan ku bahagia akan itu.

Di penghujung malam nan sunyi,,,ku tergila gila.(23/02/2010)

Sudikah?

0komentar
Friday, February 19, 2010 at 8:15pm

Sudikah kau menciumku?
Disaat saat terhakir kita bersama.
Disaat penghujung dunia tiba.
Dimana kita tak'an bisa bersama lagi.
Dimana kita akan terpisahkan oleh alam yang berbeda.

Sudikah kau memelukku?
Disaat saat terhakir kita bercengkrama.
Ketika senyuman terhakir di ujung bibir ini tersisa.

Sudikah kau bersanding slalu disampingku?
Meski dunia berakhir.
Dunia berhenti berputar.
Matahari terbit dari barat.
Meski semua keanehan itu muncul di muka bumi.

Sudikah kau lakukan semua itu?
Tunjukan segenap rasa sayangmu padaku.
Tunjukan pada dunia bahwa aku milikmu.

Duhai,,,
Bahagia akan iringi kita berdua,meski nafasku sudah di ujung hidung aku sangat bahagia miliki-mu.
Memiliki kekasih hati yang setia bersanding disampingku.
Hingga penghujung ayat.

Ubud.
19/02/2010.
Ketika petang menjelang.

Hitam-Putih.

0komentar
Friday, February 19, 2010 at 5:08pm

Hitam hadir di dunia agar Putih punya teman.
Teman yang slalu hidup bersama.
Hitam dan Putih adalah satu.
Bersanding sejalan, hingga bumi musnahpun.
Mengiringi setiap langkah yang kita hentakkan.
Tak terpisahkan.
Tak'an terpisahkan.
Oleh apapun.
Layaknya kegelapan yang akan selalu diganti oleh secercah cahaya terang.
Kan slalu seperti itu.



Ubud.
19/02/2010
diantara kegelapan yang menghantui,di balik semua itu. Secercah cahaya terang menunggu untuk kita gapai.

Tak ada lagi.

0komentar
Tuesday, February 16, 2010 at 7:14am

Tak ada lagi lagu pagi yang membangunkanku.
Tak ada lagi nyanyian merdu itu.

Saling bersautan.
Merdu nan indah.

Iringi setiap pagiku.

Dulu.
Itu dulu.
Kini semua berubah.

Nyanyian akan lagu itu sangat sulit tuk dicari.

Sejak bumi dihuni jutaan pencakar langit.
Sejak hijaunya berubah jadi gemerlap yang berkilauan.

Tak ada lagi pohon cemara yang menjulang tinggi.
Tak ada lagi suara sang kutilang.
Haruskah mereka pergi karena kita?
Di suatu pagi yang sunyi,hanya dentuman gentzet yang menggelegar terdengar.
16/02/2010

mereka hilang,punah. Apa semua karena kita?

Lantunan malam.

0komentar
Tuesday, February 16, 2010 at 12:14am

Alunan suaramu hantarkan aku ke alam tidurku.
Berikan kehangatan ditengah bekunya malam.

Kau slalu temaniku.
Malam demi malam,kau bersuara. Hanyutkanku dalam melodi cinta yang kau ucapkan.

Betapa rindunya hati ini.
Ketika kau ucapkan kata sayang.
Ku merindukan itu.
Ketika kau ucapkan di hamparan pasir nun putih itu.
Namun setiap malam kau berikan kehangatan.
Kasih sayang yang tulus yang kan slalu ku jaga,karena juga sayang padamu.

Apa valentine?

0komentar
Sunday, February, 14 2010 at 12:54pm

Ini hari kasih sayang bukan?

Jalanan penuh warna pink.
Pasangan memadu kasih memaanfaatkan moment setahun sekali.
Pegangan tangan.
Pelukan.
Kecupan mesra.
Bahkan beradu cinta.

Meng-atas namakan valentine mereka luapkan hasrat birahinya.
Mulai dari anak kecil sudah bisa berkata 'happy valentine love you'. Apakah ini normal?atau dunia yang sudah abnormal?

Mawar merah,PINK,kuning.
Boneka beruang,hati.
COKLAT.
Semuana bagaikan jamur di tengah hamparan tempat lembab.
Tapi sesungguhnya apa valentine itu?
Apakah kasih sayang hanya di utarakan pada hari ini,setiap tanggal 14 februari?

Semua hanya mengutarakan kasih sayangnya kepada pasangan. Apakah semua pernah berkata'happy valentine mom,dad'. Atau kepada alam? Alam yang menjadi naungan kita selama hidup.

Ingatlah kawan,kita hidup di dunia tak sendiri.
Ada kawan,saudara,ayah,ibu,kakak,adik dan alam dan semuanya.
Bagilah kasih sayangmu ke semua insan di bumi.
Tak perlu coklat,bunga,ataupun boneka. Tapi perlu tindakan yang nyata.

Kemana ku kejar?

0komentar
Thursday, February, 11 2010 at 9:58am

Lari menerjang terpaan sinar sang surya.
Menembus segala asa yang tertunda.
Ingin kuraih segera.

Raih segala asa yang tertunda.

Tapi, kemana ku harus berlari?
Kemana kaki ini harus ku langkahkan?

Apakah asa itu hanya sebuah fatamorgana?

Ubud.
11/02/2010

antara fatamorgana dunia.

Apa yang kau ingin cinta?

0komentar
Monday, January, 8 2010 at 5:26pm

Apa yang sesungguhnya kau inginkan,cinta?
Apa yang sebenarnya kau hendaki dari hidup semua orang?

Segepok uang?
Segenggam mutiara?
Emas?
Berlian?
Perak?
Liontin cinta?
Bunga?
Coklat?
Ciuman?
Pelukan?
Ato kah SEX?

Sesungguhnya apa yang kau mau?

Setiap insan rela lakukan apapun demi-mu.
Rela berbuat hal yang dibatas kewajaran.

Tapi tak semua bisa mereka lakukan.
Mereka mengejar semua ilusi yang kau ciptakan.
Kau buat mereka terjebak dalam panggung kehidupanmu.
Ku tak bisa pungkiri kau bagia dari hidup semua insan.
Karena kau mereka ada.
Kau datangkan suka dan tentu saja duka.

Aku mungkin hanya punya niat dan ketulusan.
Aku tak punya lebih.
Mutiara,berlian,uang ataupun yang lainnya.

Tapi niatku kuat,untuk mengarungi panggungmu yang semu.

Yang ku butuhkan.

0komentar
Aku tak butuh makan.
Aku tak butuh minum.
Aku tak butuh tidur.
Aku tak butuh mandi.
Aku tak butuh uang.

Yang ku butuhkan hanya KAMU.

Kasih sayang mu.
Cinta mu.
Dan dirimu.

Untuk kita berbagi segala rasa berdua.
Berbagi keindahan yang ada bersama.

Yang ku butuhkan hanya KAU kasih.

Ubud.
07/02/2010.

Gemericik bunyi hujan.

0komentar
Gerimis itu datang menghujam bumi.
Bawa sejuta makna yang tersembunyi.
Duka datang menghantui.
Di setiap alunan gemericik di senja nan sunyi.

Tak seorangpun dapat menghalaunya.
Mengundang suka maupun duka.

Alunan gemericiknya bagaikan symphony.
Menyejukkan hati di rundung sepi.

Betapa nikmatnya hari.
Dikala kita menari di bawah indahnya tetesan air itu.
Nikmati semuanya penuh tawa dan canda.

Ku merindukan saat itu.
Saat ketika kita kehujanan bersama.
:D

06/02/2010

Dikala hujan datang.

0komentar
Aku dihampiri hujan.
Ketika ku termangu mengingat semua kenangan kita bersama.

Kenangan yang terpatri abadi di ingatanku.

Saat saat bersama.
Penuh tawa canda.
Penuh kehangatan dan bertaburan cinta.

Ku rindu akan semua itu.

Hujan yang jatuh ke bumi ingatkanku pada semua itu.
Ingatkanku pada kisah kita yang tak kan pernah bisa hilang dari hidupku ini.

Di kala hujan menghampiri.
Ku hanya bisa ratapi semua.
Ratapi jarak dan waktu yang pisahkan kita.

Sungguh tak ada yang tak mungkin.
Aku kan hancurkan jarak dan waktu demi hanya untuk bersamamu slalu.

Dibuat di : dekat jendela kamarku.
Waktu : pas hujan turun.

5 feb 2010

Ku ingin.

0komentar
Ketika kau ada disisiku kini.
Ku ingin selalu dekatmu.
Genggam tanganmu.
Peluk dirimu.
Kecup bibir merahmu itu.

Ku tak rela waktu trus berputar.
Ku tak rela pagi berganti malam.
Malam menjadi pagi kembali kalau hanya untuk pisahkan kita.

Jika aku di berikan 1 permintaan oleh Tuhan.
Ku hanya ingin kau.
Kau yang selalu ada untukku.
Dalam suka maupun duka.
Bersama hadapi waktu.
Yang hanya ingin pisahkan kita.

Di buat di: bawah kipas angin di tempat kerja.
Waktu: jam makan siang.

केतिका दी बेबेक bengil

0komentar
Siulan bebek itu semangati jiwa.
Hangatkan suasana di tengah padi menghijau ditemani gemericik air itu.

Memang,aroma pedesaan ga bisa lepas dari hal itu.

Padi nan hijau.
Air gemericik.
Siualan dan iring-iringan bebek.

Duhai,betapa indahnya dunia.
Semua terasa sempurna ketika ku berdua dengannya.

Duduk bersama.
Makan bersama.
Melepas lapar dan dahaga.

Ketika itu di bebek bengil.
Dunia jadi semakin sempurna.

Sunday, January 31, 2010 at 6:13pm

Tanda cinta.

0komentar
Tuesday, January 26, 2010, at 7:14pm

Setangkai mawar merah.
C0klat.
Cincin.
Kalung.
Anting.
Gelang.
Baju yang seragam.
Pelukan.
Ciuman.
Sex.

Apakah itu semua tanda cinta?

Tentu bukan.

Cinta hanya butuh pengorbanan yang tulus.

Cinta tak perlu hal mewah.
Yang terlihat materinya.

Cinta hanya perlu hal sederhana yang bisa satukan 2 insan.
Kesederhanaan yang bisa datangkan seluruh kebahagian dunia ini.

Tak perlu mengumbar cinta dengan setangkai bunga,materi,ciuman,pelukan ataupun sex.

Cinta tak butuh semua itu.
Hanya pengorbanan yang tulus dan sederhana, yang mampu buat 2 insan bahagia dunia akhirat.

Ubud.
26/01/2010.

Ketika cinta diuji oleh terpaan materi yang begitu menggoda.

Nasib sang ibu.

0komentar
Monday, January 25, 2010, at 1:43pm


Ya, ketika itu hujan mengguyur semesta.

Disambut tangis sang ibu.
Ibu itu berlinang air mata.

Kenapa?

Ibu itu sedih dan gembira.
Sang putri tercinta di pinang seorang lelaki.
Ia relakan kepergiannya.
Tapi hatinya pun terasa berat relakan putrinya pergi.

Sang putri yang dirawat sedari masi orok hingga kini.
Hingga ia bisa tentukan hidupnya.

Linangan air mata itu adalah kebahagiaannya.

Dia berusaha tegar.

Bagaimana sang putri?
Tentu ia menangis campur bahagia.

Ia akan tinggalkan ibu dan keluarganya.
Namun ia juga akan menjalani hidupnya yang baru.

Guyuran hujan semakin deras ketika sang anak mulai pamitan.
Oh Tuhan...
Ini lah akhir.
Tapi tak ada bekas ibu tak ada juga bekas anak.
Semua masi tetap sama.
Sampai ajal menjemputnya.

Cinta ibu tak kan pernah hilang namun kita selalu anggapnya remeh.

Disebuah pernikahan teman.
25/01/2010.

Berjuta kata

0komentar
Sunday, January 24, 2010, at 12:22pm

Sembari kau bisikkan sejuta kata padaku.
Tanganku memegang erat tanganmu.

Tanganmu hangat.
Atau tanganku yang dingin karena nervous?

Untaian kata terlontar dari bibir manismu sayang.
Terbangkan aku ke langit tertinggi di ujung dunia sana.

Kau lontarkan kata-kata cinta.
Tersenyum ku dibuatmu.

Tersipu malu ketika kau bilang sayang.
Tersenyum gila ketika kau sebut kata cinta.

Duhai kasihku.
Ku ingin peluk tubuhmu itu.
Ku ingin dekap kau slalu.
Dan tak akan ku biarkan orang lain merebutmu.
Itu semua karena ku cinta dirimu.

Kata-kata yang terucap tak cukup lukiskan segenap perasaanku ini.

Ruang gelap

0komentar
Saturday, January 23, 2010 at 3:32pm

Akhirnya ku napaki ruang baru itu.

Gelap.
Sangat gelap.

Tak ada seberkas cahayapun yang menerangi.

Ku langkahkan kakiku.
Terus berjalan susuri ruang tenang itu.

Duhai Tuhan.
Akhirnya ku bisa temukan ketenangan.

Terduduk ku diruang itu.
Tak bisa melihat jelas.
Tak ada getaran suara.

Mata mulai terpejam.
Rasakan hawa ketenangan yang menjalar.

Bukan,ini bukan hayalan.
Bukan juga mimpi.
Ini nyata.

Cobalah kau rasakan.
Auranya.
Tenang...
Serasa tubuh ini di bawa terbang dalam ketenangan.

Jangan lihat gelapnya kawan,mari kita rasakan.
Gelapnya dunia bawa kita pada perenungan.
Yang membuat diri kita meresa bebas dan meraih ketenangan.

*ketika ku masuki ruang baru itu.

Ubud.
23/01/2010

Dia.

1 komentar
Saturday, January 23, 2010 at 8:23am

Dia yang ada disana,penuh cinta dan kasih sayang.
Tebarkan berjuta helai mawar merah di dunia.

Dia yang ada disana, tak pernah terpikirkan olehku.
Membawa berjuta makna dalam hidup.

Dan dia yang ada disana, akan ku jaga slalu.
Tak kenal waktu.

Tak ada jurang pemisah antara aku dan dia.
Tak peduli jarak dan waktu.
Dia slalu di hatiku,mengisi setiap relung hati ini.

Dia kan ku jaga.
Selamanya.

Ubud.
23/01/2010

untukmu titaku. :)

Sinar itu.

0komentar
Friday, January 22, 2010 at 10:22pm

Iya...
Sinar itu sungguh merona.

Dan iya...
Sinar itu kalahkan semua sinar di dunia.

Tak bisa dipungkiri ia pancarkan semua itu hanya untuk kita.

Terangi setiap jalan yang kita lalui.

Meski penuh liku,ia selalu temani kita.

Sinar itu ada untuk kita.

Ubud.
22/01/2010

Awan di ufuk barat.

0komentar
Thursday, January 21, 2010 at 5:53pm


Semua terasa begitu indah.
Ketika mata tertuju pada langit cerah di ufuk barat.

Awan menari di hamparan biru langit sore.
Merubah setiap gerakan ketika angin menghemparkannya.

Dan matahari kian beranjak dari permukaan.
Suara jangkrik terdengar.
Mulai mengiringiku nikmati petang menjelang.

Ah,betapa hati senang.
Ketika ku tau.
Alam menebarkan keindahan abadi.

Kita semua adalah 1.

0komentar
Wednesday, January 20, 2010 at 10:50am


Kering
lembab
panas
dingin
daun daun jatuh.
Daun daun bertebaran.
Hamparan padang hijau.
Basah.
Licin.

Semut.
Ulat bulu.
Ayam.
Dan si Baru.

27 orang.
39 orang.

Ketika itu di buyan.
Sesuatu yang indah terjadi.
Semua menjadi 1.
Demi mencapai 1 tujuan bersama.

Kita semua adalah 1.

Buyan
20/01/2010

Tanah kedamaian yang terisi.

0komentar
Sunday, January 17, 2010 at 10:40am

Senja menjelang ketika itu.
Dimana saat sekumpulan orang menuju tanah kedamaian.
Tentu aku ikut dalam kerumunan itu.

Setiap langkah yang di hentakkan,
tetes air mata mengiringi.

Duka mendalam bagi yang ditinggalkan.
Namun jiwa yang tenang pergi ke peraduan abadinya.

Ada yang special ketika itu.
Aq bisa rasakan sempitnya kamar untuk orang yang tlah pergi itu.(aku ikut gali)
panjangnya tak seberapa.
Apalagi lebarnya.
Huh, membalikan badanpun serasa mustahil.

Namun ukuran tak ada artinya bagi ia yang tlah damai disana.
Ia tetap tenang dan tersenyum.
Menuju peraduan abadinya.

Peliatan, Jan 2010.

*puaslah engkau wahai manusia.
Atas segala nikmat yang bisa kau rasa sekarang. Nanti ketika kau telah pergi,semuanya akan berbeda. :)

Walau terpaan hujan & angin.

0komentar
Friday, January 15, 2010 at 10:48pm

Sungguh,
petang tadi hujan menerjang dengan ganasnya.
Menghempaskan tubuh yang sedang menyusuri jalan pulang.

Langit begitu sangat gelapnya.
Sampai pandangan mata tak bisa menembus awan kelam itu.

Perjalanan pulang terasa hampa.
Meski terpaan hujan dan angin malam yang seakan ingin membunuhku.

Ketika hati ini galau,
melangkahpun kaki ini tak sanggup.

Terbang.

0komentar
Friday, January 15, 2010 at 10:13am


Terbang...
Ia terbang tinggi.
Ke penghujung langit.

Terbang...
Ia terbang tanpa beban.
Bebas lepas kepakkan sayapnya.

Terbang...
Tak satupun orang rela menangkapnya.(kecuali orang biadap).
Karena ia hidup bebas.

Lihat...
Ketika ia bercengkrama dengan indahnya.
Bersiul dengan merdunya tapi ia tetap bebas.
Tanpa beban,tanpa undang - undang,tanpa peraturan,tanpa ada yang melarang.

Ku ingin terbang bebas seperti mereka.
Ke penghujung langit.
Jelajahi dunia.

Terbang tinggi,jauh ke angkasa.

Ubud.
15/01/2010

Gelap-Gila

0komentar
Friday, January 15, 2010 at 1:11am


Gila,,,
Gelapnya malam ini kalahkan gelapnya jalan yang kususuri selama ini.

Apakah ini hanya sebuah mitos?
Apakah ini karena mendung yang menyelimuti langit?
Atau hanya pengelihatanku yang buram?

Mungkin malam ini tak bisa terlihat jelas olehku.
Karena dosa-dosa yang menggerogoti diriku ini.

Terlalu kelam.

Hingga malam pun terasa gelap sekali.
Tak seperti biasanya.

Cinta adalah jawaban.

0komentar
Thursday, January 14, 2010 at 10:01am


Banyak orang selalu meng-agung kan cinta.

Banyak pertanyaan yang muncul ketika kata cinta mulai terucap.

Mungkin tak hanya satu.
Berjuta pertenyaan akan menghujam kita tentang apa sesungguhnya cinta.

Iya,memang.
Banyak orang bilang cinta adalah suka, duka.
Cinta itu buta dan sebagainya.

Benar,
setiap manusia tak bisa lepas dari cinta.

Namun sesungguhnya tak seharusnya cinta mengundang berjuta tanya dalam benak setiap insan.

Cinta merupakan jawaban dari setiap pertanyaan yang ada.

Karena cinta selalu ada pada diri kita.

Ubud.
14/01/2010

Perjuanganmu 'dadong'.

0komentar
Wednesday, January 13, 2010 at 9:48am

Dijunjungnya keranjang itu diatas kepalanya.
Penuh bahan makanan dan sudah tentu sangat berat.

Ia melangkah pasti.
Meski tubuh rentanya seakan tak kuat menopang beban.

Beban diri.
Beban hidup.

Begitu banyak beban yang ia emban.

Rambut putihnya terurai ketika ia turunkan keranjang itu.

Lihat....!
Isinya makanan.
Iya,ia seorang penjaja makanan keliling (asongan).
Ia jajakan semuanya dari pintu kepintu.

Penuh senyum,
penuh gurau,
penuh tawa dan canda.

Sama sekali tak terukir raut sedih diwajahnya.

Iya,ia selalu jajakan masakan yang tinggal makan.

Pepes lindung(belut)
nasi sela(nasi ada ketelanya)
tum lindung (hampir sama dengan pepesnya)
dan masi banyak lagi.

Ia tak kenal lelah.

Siang mengjelang ia jajakan.
Hingga matahari hampir menyentuh peraduannya ia napakkan kaki keriputnya dirumah.

Penuh semangat.
Sungguh inspiratip.
Seakan beban hidup yang berat jadi ringan seketika.

Ubud.
13/01/2010

tak semua beban berat jadi penghalang hidup kita.

because of you.

0komentar
Tuesday, January 12, 2010 at 8:31pm

ku dengar lantunan lagu itu.
hanyutkan jiwa.

terhanyuku dalam setiap liriknya.
setiap baitnya buatku merasakan kedamaian.

lagu itu begitu indahnya.
lagu itu begitu damainya.

tapi ada yang kurang.

ku ingin nikmati lagu ini berdua.
berdua dengannya.


lagu itu,,ungkapan perasaanku padamu kasih.
lagu itu kupersembahkan untukmu.

Hujan di pagi itu.

0komentar
Monday, January 11, 2010 at 8:11am

Kilauan mentari tak terasa.
Hembusan angin begitu kencangnya.

Ketika itu suatu pagi dibulan januari.
Dimana saat itu ku menunggu sang kekasih hati.

Langit begitu hitamnya.
Tapi apakah sehitam diriku? :)
Tetes demi tetes air jatuh ke bumi.
Basahi bumi tempatku berdiri.

Dingin begitu terasa.
Apa aku akan hypotermia?
Tentu tidak,..,
ini bukan kutub,kawan.

Ditemani secangkir teh kuhabiskan pagi yang dingin ini.
Tapi,,,
kurasakan kekurangan.

Dia...
Dia sang kekasih hati.
Hendaknya ada disini.
Habiskan pagi yang dingin ini.
Ditemani teh ataupun kopi.
Berikan kehangatan dikala dingin gerogoti tubuh ini.

Ubud
11/01/2010

'dadong di jimbaran'

0komentar
Sunday, January 10, 2010 at 8:43am

Angin berhembus kencang.
Hempaskan tubuh yang renta itu.

Ia duduk di teras warungnya.
Dengan tangannya yang tak pernah diam.

'Dadong' aku menanggilnya.
Seorang penjaja makanan di pelataran rektorat unud.

Tubuh rentanya berpacu dengan waktu hanya untuk menghidupi dirinya.

Dia sendiri.
Dia kesepian.
Dia sebatang kara.

Tak ada suami.
Tak ada anak.
Tak ada cucu.

Sungguh sendiri dalam hidupnya.

Namun ia tetap tersenyum hadapi harinya.
Sekuat tenaga ia bertahan dalam jalani hidup ini.

Tak kenal lelah.
Dari pagi sampai malam.
Teteskan berjuta keringat.

Sepi menjadi temannya.
Lalu lalang kendaraan peramai hidupnya.

Dengan sunggingan senyum ia berkata,'mriki gus simpang dumun'.(sini nak mampir dulu).
Mungkin karena aku sering disana.
Jadi dia ingat aku.

Jimbaran
10/01/2010

'dadong',kau berjuang dalam hidup yang keras ini.
Kau selalu tersenyum hadapi hidup. :)

Rinduku setengah mati.

0komentar
Saturday, January 9, 2010 at 6:32pm


Hanya sepenggal kata yang bisa kutuliskan.

Untukku obati rindu.

Tak kuasa hati ini menahan segala rasa.

Ingin bertemu dengannya.
Ingin memeluknya.
Ingin ku selalu dekatnya.

Tanpa waktu.
Tanpa harus ada yang menghalanginya.

Perlahan tubuhku terkulai akan rindu ini.
Jiwaku terbang entah kemana.

Apa mungkin aku menghampirinya disana?
Dikamarnya,,,atau ditaman tempat ia bercengkrama?

Setiap malam ia datang dalam mimpiku.
Bawa senyum indahnya yang merona.
Bak bunga setaman yang tebarkan sejuta warna.

Mungkin,
hanya malam yang mampu obati rinduku.
Karena tiap malam,ia hampiri aku dalam mimpi.

Meski hanya sekedar mimpi.
Rinduku terobati.
Namun hanya secuil.

Sisanya,ku harus bertemu kekasih hatiku itu.

Ubud.
09/01/2010

rindu sudah gerogoti diri ini.
Sampai sumsum tulangku ini,rindu terasa menjadi teman setiaku.

Kau hadir dalam mimpiku.

0komentar
Friday, January 8, 2010 at 7:40am

Semalam ku bermimpi.
Dalam nyenyaknya tidurku.

Kau datang,membawa senyum termanismu.

Kau datang,penuh sinar tulusmu.

Ku balas senyummu.
Ku c0ba raih tanganmu.

Ku dapatkan,,
ku pegang erat dan tak kulepaskan.

Ketika dimimpiku itu.
Kita habiskan waktu berdua.

Dihamparan pasir putih dengan sunset yang merona.

Ku mainkan pasir itu.
Ku tuliskan nama kita berdua.

Kau pun tersenyum lagi.
Buat diriku ikut tersenyum.

Dan kaupun ajakku berlari.
Lari dihamparan pantai dan deburan ombak yang temani.

Larian kecil kita berdua buatku terbangun dari mimpi.

Terjaga dibekunya pagi.

Mimpi yang begitu indah.
Dan kuharap itu semua kan terjadi.

Dari mimpiku semalam.
Kau hadir bawa sejuta kebahagian.

Ubud.
08/01/10

Kau-cahayaku II

0komentar
Wednesday, January 6, 2010 at 11:23am


Dan,,,
ketika ku melihat jauh didalam dirimu.

Kau pancarkan sinar yang sedari dulu ku kejar.

Kau pancarkan sinar itu tulus.

Kau cerahkan hariku.
Kau terangi malamku.

Namun ku harap.
Cahaya terang itu takkan redup.

Kan kujaga.
Dari hembusan angin.
Dari terpaan hujan.
Dari hantaman badai.

Ku kan jaga slalu.

Angin.

0komentar
Monday, January 4, 2010 at 9:56pm


Angin kemana kau pergi?

Kau lari menjauh dariku.

Kau buatku merana dalam sunyi.
Tersiksaku tanpamu.
Tanpa hembusanmu hidup tak berarti.

Dunia ini serasa begitu hampa.

Tak pantas ku ada didalamnya.


Ubud,
04/01/2009.

Senyuman terbawa pergi II

0komentar
Monday, January 4, 2010 at 8:23am


Senyummu begitu indah.
Buatku bahagia.

Tapi,,,
itu hanya masa lalu.
Dimana kau dulu selalu bisa tersenyum untukku.

Kini,
semua itu tak ada lagi.
Kau pergi bawa senyummu itu.

Senyumanmu yang tertiup angin.
Tak berbekas.


*untuk sahabatku yang dulu selalu tersenyum untukku.

Kau-cahayaku.

0komentar
Saturday, January 2, 2010 at 5:55pm


Gelap menerjang menemani sepi.
Gelap gulita tanpa setitik cahaya yang tampak.

Ku ratapi semua itu hanya dengan satu senyuman.

Menatap langit gelap yang seakan tak bermakna.

Siulan burung di dahan p0h0n itu ingatkanku padanya.

Ia sang kekasih hati.

Ingin rasanya ku ajak dia terbang.
Mencari cahaya di gelap gulita yang mencekam.

Ku kan peluk dia.
Kan ku jaga tak ku biarkan dia lepas.

Ku pegang erat tak biarkan orang lain merenggutnya.

Malam yang gelap sunyi ini tiba-tiba terang.
Ketika dirinya datang.
Membawa cahaya itu.
Cahaya yang dia bawa dari dalam dirinya.

Serasa malamku ini disinari jutaan bintang.

Ubud
02/01/2009

kau bintangku.
Terangi jiwaku slalu.
Kaulah cahayaku.

Tanpa makna

0komentar
Saturday, January 2, 2010 at 12:38pm


Coretan demi coretan ku tumpahkan.
Di secarik kertas yang putih ini.

Ku mulai susun kata demi kata.
Ku rangkai kalimat demi kalimat.

Namun,,,
semua tak ubahnya sekedar coretan.

Coretan tak berarti.

Ku sendiri tak mengerti.
Tentang apa yang kubuat ini.

Tanpa makna.
Tanpa arti.
Berlalu begitu saja.
 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates