Di antara pohon dan jendela tua. (aku bukan pengecut)

Monday, March 15, 2010 at 12:19pm

Dari jendela yang usang ini. Dari kaca yang sudah retak dimakan waktu semua tertuju pada sebuah pohon rindang nan hijau itu.
Besar memang,mampu teduhkan kita dari terpaan sang surya.
Dari celah kecil dibalik jendela ini ku melihat sebuah senyuman. Mungkin itu yang terindah,ketika sekumpulan orang bercengkrama larut dalam canda tawa berpayung pohon tua nan besar itu.

Apakah ia tau aku mencuri pandang,mencari celah sempit di jendela tua ini hanya untuk melihat senyumannya itu?
Kaki ini terasa lumpuh,tak mampu bergerak. Apalagi mulut ini,terdiam dan tak kan mungkin bisa berujar jika aku hampiri dia dan tanyakan siapa kau yang sebenarnya. Yang bersembunyi dibalik senyum indah itu.

Ah... Sudahlah. Cukup dari sini aku pandangi. Cukup dari sini aku berkenalan dengannya. Tapi bagaimana caranya?

'Dasar tolol!',hati kecilku berucap. Hampiri saja dia,jangan kau sia siakan!
Tapi aku ini pengecut,tak berani hampiri putri secantik dia.

Masih dibawah pohon rindang,tua dan besar itu. Masih dengan riuh,gelak tawa dan canda para manusia menghiasinya. Dia pun memandang kearah jendela usang yang hampir habis dimakan rayap itu. Memelototi setiap celah yang mampu ia jamah.
Apakah ia tau aku dibalik jendela itu?
Aku takut,aku takut jika ia menghampiriku dan memergoki aku yang pengecut ini menatapnya. Apa dia akan menamparku? Menghujatku dengan kata kata kotornya,atau akan meludahi ku?

Sontak saja aku bersembunyi,menundukan badanku dari jendela itu.
Cukup lama aku bergulat dengan hati dan otakku yang aneh ini.
Haruskah aku hampirinya ato hanya cukup pandanginya?

Dasar!!!
Betapa pengecutnya aku ini.

Ketika ku beranikan kakiku tuk bergerak,berdiri dan siap untuk menikmatinya lagi. Tapi riuh yang sedari tadi menghilang.
Iapun menghilang,tanpa sisakan senyuman ataupun bayangan indah tentangnya itu.

Pohon itu menjadi saksi kepengecutan ku.
Pohon itu tertawa. Jendela yang termakan rayap menghujatku.
Anginpun serasa ikut meludahi ku.

Aku pengecut!!!

Hampir setiap hari ku sambangi jendela itu.
Namun ia tak kunjung tiba.
Hingga ku beranikan diri tuk berteduh di pohon yang dulu tertawakan aku.
Sejam,dua jam,tiga jam.
Sehari,seminggu dan akhirnya sebulan berlalu.
Dengkingan sirine ambulance kagetkan aku, foto sang putri pujaan hati tergantung di depannya. Melingkar sebuah karang bunga.
Dia telah pergi,bawa senyuman,tawa candanya yang selalu buatku tersenyum di balik jendela tua.

Namanya nina.dia meninggal karena serangan kanker ganas di payudaranya.

Tapi kenapa aku harus tau namanya sekarang? Tidakkah semua itu sia sia?

Dia pergi membawa senyuman itu.
Biarkan jendela,pohon dan angin menjadi kenanganku tentangnya.

15 Maret 2010.

Aku bukan pengecut,tapi hanya malu.

0 komentar:

Post a Comment

Hujat lah !!!

 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates