bidadari tertawa

Seperti langit.
Yang kian membiru, menahan sejuta tawa jenaka para bidadari.
Menghayutkan impian yang tertunda.
Tapi kemana?

Ke surgakah?
Mencari bidadari yang tertawa.
Atau ke bumikah?
Mencoba temukan asa di balik semak belukar di padang gurun.

Tawa sang bidadari kian menggelegar.
Buat langit kian gelap.
Asa ya ng dicari pun tak terlihat.
Membuta diantara gelak tawa.

Terdengar tetesan air mata.
Beriak diantara semak semak yang kering siap terbakar.
Inginku melompat membakar sejenak tubuh yang mulai lemas.
Mencoba menguak asa disana.

Setengah tubuhku melepuh.
Air mata mengucur seiring perihnya luka pada tubuhku.
Asa itu tak kunjung muncul.
Apa mungkin iya ikut terlalap api?

Rintihan dari mulut ini tak mampu redakan perih.
Ku seka air mataku.
Aku relakan tubuhku hangus tak tersisa.
Demi asa yang tlah hilang.




Denpasar, 16-09-2010

0 komentar:

Post a Comment

Hujat lah !!!

 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates