Sumpah sang istri (Kutipan Buku Harian Minah)

Aku terlahir menawan. Wajah cantik. Hidung mancung. Bibir tipis. Rambut panjang terurai.

Mungkin setiap lekuk tubuhku datangkan birahi pada setiap kaum adam. Membuat ereksi pria pria yang melihatku. Jangankan menatap, mencuri pandangpun birahi mereka akan memuncak.

Iya.
Wajahku memang cantik. Dengan tubuh tinggi. Kaki jenjang. Dada membusung dan pantat yang kencang. Pas untuk ukuran gadis 21 tahun sepertiku.

Tak sedikit lelaki yang menggodaku. Memujiku, bahkan ada yang sampai ingin menjadikanku istrinya.

Siapa aku sebenarnya?
Aku bukan artis!
Aku hanya gadis 21 tahun. Datang dari keluarga sederhana dan hidupku pun sederhana.

Dengan kemolekan tubuhku ini aku bisa menggaet orang kaya. Tapi aku tau diri, harta tak kan di bawa ke liang lahat.
Dan apa mungkin para lelaki akan setia kepadaku ketika aku sudah mulai keriput.

Apakah mereka masih terpuaskan ketika tubuh ini tak seindah sekarang?
Aku percaya, mereka hanya ingin nikmati tubuh ini. Bukan cintai aku sepenuh hati dengan segala kekurangan yang ku miliki.

Hingga suatu ketika dia muncul. Dia bak pangeran berkuda nan gagah. Yang akan membawaku ke istana nun megah disana.
Tapi apa dia akan terima aku bukan karena ingin menikmati tubuhku.
Aku tak ingin hanya menjadi pemuas birahinya.

Aku akan terimamu apa adanya, akan ku jaga cinta kita hingga ajal merenggut salah 1 dari kita, ujar pria gagah itu.

Senyum sumringah aku dibuatnya. Seakan ada taburan bunga dari angkasa. Akupun dibuatnya melayang.
Hingga akhirnya kuputuskan untuk mau bersanding bersamanya. Bukan istana megah memang,tapi cukup untuk lindungi kami dari kemurkaan alam.

Kami bahagia. Tapi ini hanya permulaan. Semua berawal dari sini. Dari kebersamaan yang kita jalani setiap detiknya.

Malam malam yang kami lalui bersama selalu indah. Ketika ia nikmati tubuhku. Bukan karena nafsu, tapi dengan segenap ketulusan cinta yang ia miliki.

Apakah benar ia mencintai aku?

Jawabannya mungkin ia, mungkin juga tidak.

Hingga suatu ketika hari kiamat tiba. Aku didiagnosis dokter mengidap kanker payudara. Tubuhkupun tak lagi sesempurna dulu. Kurus kering. Dada yang tak lagi membusung. Wajah cantikku pun hanya menyisakan kerut keriput.
Inginku menangis.
Aku sudah membusuk.
Aku digerogoti penyakit yang akan buat semuanya hancur.
Dan benar saja. Ia membawa selir selirnya kerumah. Dihadapanku ia bergumul. Penuh birahi. Seperti binatang yang dalam musim kawin. Desahan desahan ku dengar setiap malam. Menjadi tontonnanku setiap saat.

Aku juga ingin diperlakukan seperti itu. Aku wanita dan aku juga istrimu. Diranjang itu jua kau memerawaniku. Tapi apa? Sikapmu sebusuk bangkai anjing dijalanan. Bau, penuh belatung.

Apa ini cinta yang kau janjikan padaku?

Linangan air mata seakan tak bisa dibendung. Membasahi setiap inci tubuhku. Tubuh yang dulunya membuat semua pria ingin ber-onani.

Tak sanggup. Aku sungguh tak sanggup akan cobaan ini. Lebih baik mati ketimbang aku melihat binatang sepertimu hidup diduniaku. Toh aku juga mau mati. Mungkin tak lama. Lusa atau seminggu lagi. Sang dewa kematian akan menjemputku.

Aku minah. Aku bersumpah atas nama Tuhan dan Ibuku. Jika hendak aku mati nanti, aku tak ingin kau menyentuh tubuhku.
Demi Tuhan dan Ibuku, biarpun aku bersimbah darah jangan sekali kali kau mendekatiku. Atau kau akan mati. Di makan belatung atau di makan dosa dosamu sendiri.

-kutipan buku harian minah-




17.04.10.
Ketika cinta di khianati.

0 komentar:

Post a Comment

Hujat lah !!!

 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates