Diterbangkan kekunang.

'ikuti arus ini',kata seorang tua.
Ketika ku mulai langkahkan kaki di penepi sungai jernih ini.
Riuh terdengar.
Gemericik air beradu dengan hembusan angin.

Ku melangkah tiada henti.
Ku mencari hulu sungai ini.

Berjam jam.
Apa aku yang tak sabar?
Atau tetua itu menipuku?

Iya.
Ia janjikan aku kan temukan indahnya alam disana.
Tapi dimana?
Katanya itu lebih indah dari dunia surgawi.
Tapi apa?
Aku tak temukan apa pun.

Hingga senja mulai mewarnai bumi.
Langit jingga merekah di ufuk barat.
Ku tetap melangkah.
Tujuan ku sama.
Tapi aku tak tahu dimana kan ku temukan tujuanku itu.

Air mulai tenang.
Siulan burung tak lagi terdengar.(apakah tadi aku mendengarnya?)
angin yang sedari tadi meniup niup tubuhku.
Tak bisa ku rasakan.
Apa aku mati rasa?

Di depanku hanya terpampang kabut.
Dikala malam mulai tiba.
Tak ada bintang.
Tak ada bulan.

Aku teringat akan kata kata orang tua tadi.
'Jalanlah hingga kau raih hulunya,jangan pernah kau membatalkan perjalanan ini.'

Sumpah.
Aku dibuatnya mati penasaran.
Ku terobos kabut itu.

Ah...
Tak ada apa apa.
Tai pun tak ada.

Aku lelah.
Ku rebahkan badanku.
Mataku tak mampu terpejam.

Samar samar aku mendengar suara jangkrik.
Mereka bernyanyi.

Diatas sana.
Ratusan bahkan ribuan kekunang terbang.
Apa ini keindahan yang dimaksud?

Gelapnya malam begitu terasa terang.
Tubuhku tak bergerak.
Matakupun mulai terpejam.

Bukan tidur.
Hanya ingin menyatu dengan semua.

Tubuhku terasa tak menyentuh tanah.
Apa kekunang itu menerbangkanku?

Duhai...
Inikah yang dikatan orang tadi?

Tak menyesal memang.

Mungkin inilah surga yang sesungguhnya.
Menyatu dengan alam.
Merasakan setiap desahannya.

28/03/10.

Terpejam ku nikmati malam.
Kekunang terbangkan aku. Sayup sayup angin hantarkan ku jua ke surga yang sesungguhnya.
Duhai nikmatnya.

0 komentar:

Post a Comment

Hujat lah !!!

 

MOYO © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates